Gerindra Mirip PDIP Kurang Kaderisasi, Beda Dengan Demokrat

Prabowo Subianto/Net
Prabowo Subianto/Net

Partai Gerindra tIdak ada bedanya dengan PDI Perjuangan. Pasalnya Gerindra dan PDIP dinilai kurang kaderisasi.


Seperti diketahui Prabowo kembali memimpin Gerindra sedangkan PDIP sudah lama dinahkodai Megawati Soekarnoputri.  

Direktur Eksekutif Political and Public Policy Studies, Jerry Massie menyayangkan kurang kaderisasi di internal partai politik. Padahal, Gerindra dan PDIP punya kader-kader potensial. 

"Sejak Gerindra didirikan maka tampuk kekuasaan tak pernah lepas dari Prabowo. Bagi pemilih tradisional tak masalah, tapi rasional atau terpelajar paling akan beda," kata Jerry dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Sanin (10/8). 

Dia pun membandingkan dengan Partai Demokrat. Kendati agak terlambat, tapi SBY telah melepaskan posisi ketua umum kepada anaknya Agus Harimurti Yudhoyono. 

"Barangkali kepemimpinan single fighter modelnya seperti ini. Kendati bayak kader tapi tak mau melepas kepemimpinannya. Padahal, 'leadership is not a position but an action', kepemimpinan bukanlah posisi tapi suatu tindakan," ujar Jerry. 

Sejauh ini, jika Gerindra masih mengandalkan kepemimpinan tunggal maka mereka belum berhasil menciptakan generasi kedua. 

"Saya nilai ini bisa berdampak pada Pilpres 2024. Tapi sisi elektoral bisa berdampak buruk," sebutnya. 

Padahal publik ingin melihat Gerindra memiliki pemimpin baru dan barangkali menjadi ketua dewan pembina. Jadi ketum bak ketua harian. 

"Harus ada terobosan dan inovasi baru. Kalau Prabowo publik bahkan lawan politik sudah mengetahui ke arah mana Gerindra akan di bawah bahkan strategi partai ini. Kalau yang baru pasti mereka akan sulit menebak," tuturnya. 

Memang, planning Prabowo masih mengendalikan Gerindra setidaknya akan ikut kontestasi Pilpres 2024 mendatang. Tapi bisa jadi personal branding dan branding image dia tidak secemerlang seperti 2019 lalu. 

Sebetulnya, menurut Jerry, kalau Prabowo legowo dan berani melepas jabatannya serta memberikan kesempatan pada kader terbaiknya seperti Menteri KKP Edhy Prabowo, Sufmi Dasco Ahmad ataupun Sekjen Ahmad Muzani, paling tidak akan lain ceritanya. 

Tapi semua tergantung dari Prabowo. Dengan kurang gebrakannya maka otomatis membuat kredibilitasnya menurun. Padahal jika Gerindra oposisi, partai ini diyakini sulit ditaklukan. Tapi dengan gaya saat ini, maka Prabowo akan sulit bersaing dengan para rising star. 

"Kalau pemimpin baru maka lawan akan sulit menebak gaya kepemimpinan politiknya. Begitu pula isu-isu pasti akan keteteran membacanya," sebutnya lagi. 

"Perlu ada regenerasi, menurut saya pemimpin gagal saat dia tak mampu melahirkan pemimpin handal. Atau pemimpin yang bijak dan brilian dia tahu kapan dia naik kapan dia turun," ucap Jerry menambahkan. 

Atau sebenarnya, Gerindra bisa saja bikin konvensi mencari new leader, masukan nama-nama potensial dan disaring. 

"Kalau memang Prabowo lebih unggul tak masalah. Tapi kalau KLB langsung aklamasi maka kurang menarik dn kurang afdol," demikian Jerry Massie.