KONI Pusat Uraikan Percepatan Pembangunan Sepakbola Tanah Air

Wakil Sekjen KONI Pusat, Herman Chaniago/RMOLJatim
Wakil Sekjen KONI Pusat, Herman Chaniago/RMOLJatim

Pentingnya bersatu membangun pondasi sepakbola, meski langkah dan cara berbeda tapi tujuan tetap satu, yakni memiliki tim nasional berkualitas, bisa membawa nama Garuda di kancah dunia. Ini bukan mimpi tapi kenyataan.


Demikian disampaikan Wakil Sekjen KONI Pusat, Herman Chaniago atau lebih akrab Herman Ago pada Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (13/8).

Menurut Herman, apabila kita berpedoman melalui Intruksi presiden Nomor 3 tahun 2019, maka percepatan pembangunan sepakbola tanah air harus melibatkan semua stakeholder baik instansi Kemenpora, KONI dan PSSI.

“Ini menjadi harapan percepatan pembangunan sepakbola tanah air. Tentu dengan berbagai program melalui kompetisi liga, tournamen, kejuaraan dan festival. Dan ini harus didukung dengan kebersamaan, bukan dengan persaingan, saling tuding bahkan saling menjatuhkan. Pola pikir yang salah akan berdampak pada kemacetan sepakbola tanah air,” tuturnya.

Dalam hal pembinaan usia dini dan usia muda, Herman mencermati bagaimana cara mencari penerus bangsa dan mengubah sepakbola Indonesia agar berprestasi.

“Caranya dengan perbanyak kompetisi di daerah mulai kabupaten hingga kota, provinsi hingga wilayah dengan berbagai kategori usia berjenjang. Hal ini yang harusnya menjadi pondasi bukan menjadi suatu olokan yang berdampak hingga muncul masalah baru yang tidak pernah selesai,” imbuhnya.

Herman mencontohkan, ada banyak kompetisi yang sudah bergulir, seperti kejuaraan Liga Pelajar Indonesia (LPI), Piala Menpora, hingga Piala Bergilir KONI Pusat.

PSSI sendiri, lanjutnya, sudah memutar kompetisi Piala Suratin U-13, U-15, dan U-17. Lalu, Liga 1 memutar Elite Pro Academy U-16, U-18, dan U-20.

Belum lagi adanya operator swasta yang menggelar kompetisi dengan melibatkan klub, SSB, akademi, siswa SD, SMP dan SMA dalam urusan olah raga sepak bola.

“Ini sudah menjadi satu kesatuan. Kini tinggal kita bisa bersatu untuk mendapatkan pencapaian hingga mencetak pemain handal tanah air, mulai dari pelosok terpencil, daerah hingga provinsi,” ujarnya. 

Herman berharap, sepakbola jangan dikaitkan dengan situasi politik dalam gelaran Pilkad. Tapi dunia sepakbola harus dilihat perannya di bidang olahraga.

Karena itu, kata Herman, program pembinaan tentu membutuhkan banyak biaya. Kemenpora KONI dan PSSI sudah saatnya bersatu memberikan kepercayaan kepada para stakeholder untuk sama-sama saling bekerja, menjaga, dan membangun sepakbola Tanah Air.

Melalui Inpres Nomor 3 tahun 2019, tandas Herman, KONI Pusat akan membentuk sistem pola baru dengan melibatkan seluruh stekholder mulai dari pemerintah daerah hingga pemerintah pusat untuk sama sama ambil bagian dalam membangun sepakbola tanah air/

“Bukan hanya berkompetisi tapi menghasilkan pemain berkualitas yang muncul di setiap daerah, itu target utamanya,” tukasnya.

Pihaknya juga berencana untuk menjalin kerjasama dengan Kementerian Dalam Negeri dalam membangun persepakbolaan Tanah Air.

Melalui Surat Edaran KONI Pusat bernomor: 728/UMM/VIII/2020, tanggal 7 Agustus 2020 perihal Inpres Nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Sepak Bola Nasional (PPSN), KONI berharap agar segera ditinjaklanjuti.

“Isi ringkasnya menggelar LSI kelompok umur 15 tahun (SMP sederajat) dan kelompok umur 18 tahun (SMA) sederajat adalah kesiapan dan persiapan panjang yang harus benar-benar dikelola oleh perangkat daerah dan SDM yang berkualitas,” tuntasnya.