Sikap Tegas Jenderal Gatot

Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo/Net
Mantan Panglima TNI, Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo/Net

SALAH satu Presidium KAMI Nasional Jenderal TNI Purn Gatot Nurmantyo menghadiri Deklarasi KAMI Jawa Barat bersama Presidium lainnya Prof. Dr. Din Syamsuddin dan Prof. Dr. Rochmat Wahhab. "Triumvirate" ini menyampaikan pidato "Menyelamatkan Indonesia" dalam acara tersebut. 

Yang menarik dari pidato Jend. TNI Purn Gatot Nurmantyo adalah sikap tegasnya terhadap gejala terjadinya perongrongan ideologi Pancasila serta pembelaan terhadap "penistaan" hafidz Quran. Dua dimensi yang terintegrasi antara aspek kebangsaan dan keumatan. 

Meski tak menunjuk siapa perongrong Pancasila itu tetapi arahnya jelas kepada pihak-pihak yang meragukan Pancasila dengan rumusan yang ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Tentu sebagaimana selalu diingatkan Gatot saat menjadi Panglima TNI, maka pergerakan anasir PKI atau kelompok komunis patut untuk semakin diwaspadai. 

Dengan merujuk pada peristiwa perlawanan TNI kepada perintah Komandan Cakrabirawa PKI Kol Untung, maka bawahan boleh melawan atasan yang berniat mengganggu bahkan mengganti Pancasila. Bahasa "membunuh atasan" berkaitan dengan pembelaan terhadap Pancasila dan UUD 1945 sebagai wujud dari Sumpah Prajurit meskipun harus dengan mengorbankan nyawa. 

Aspek keumatan yang disentuh Jenderal Gatot adalah kekesalannya terhadap ungkapan Menteri Agama yang dinilai menistakan para hafidz Quran. Menurut Menag ciri radikalisme diawali dengan penampilan "good looking" apakah itu hafidz atau menguasai bahasa Arab. 

Kecurigaan berlebihan ini yang mengingatkan Gatot pada saat menjadi Panglima yang pernah mengadakan muroja'ah 1000 hafidz. Menghormati dan memuliakannya. Untuk ini Gatot siap membela para hafidz. 

Di tengah krisis kepemimpinan berkarakter, kemunculan dan ketegasan sikap Gatot Nurmantyo menjadi fenomena. Tanpa harus dicurigai keinginan menjadi pemimpin, Jenderal Gatot memang seorang pemimpin. Khas militer yang memahami masalah krusial bangsa. Sangat paham dengan proxy war dan hakekat ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan. 

Menjadi barisan KAMI Gatot mengajak anak bangsa untuk menyelamatkan Indonesia. Didaulat memimpin bersama Prof. Din Syamsuddin dari Muhammadiyah dan Prof. Rochmat Wahhab dari Nahdlatul Ulama menjadi Presidium. 

Jika konsistensi "menyelamatkan" dapat terjaga, maka gelindingan KAMI akan menjadi gumpalan bola salju yang efektif bagi perubahan ke arah yang lebih baik. Secara moral hal ini adalah suatu keniscayaan. 

Pemerhati politik dan kebangsaan