September Panen Antek Komunis

Tangkapan layar dari video mantan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu saat menyebut komunis masih ada/Net
Tangkapan layar dari video mantan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu saat menyebut komunis masih ada/Net

PENULIS sekaligus pengulas politik angina Zeng Wei Jian menulis artikel Nostalgia Bulan September. Isinya dangkal dan sarat pencibiran akan momen tragis bangsa ini saat peristiwa G30S PKI hendak dikenang. 

Tidak paham sejarah kelabu bangsa ini atau memang dia sendiri jadi kelabu karena imbas pemberangusan kaum komunis dan hilanglah kejayaan ideologi itu. 

Yang pasti bulan September tahun 2020 ini lebih jelas menjaring kutu-kutu keturunan beserta simpatisannya kaum komuniser Indonesia. Panen lebih terbuka. 

Tahun-tahun lalu selama lima tahunan terakhir baru tampak sedikit-sedikit suara anti pemutaran film dokumenter G30S-PKI. Tahun lalu di medsos tak ada yang berani nantang mantan Panglima TNI. Sekarang ada, tapi langsung dibayar kontan netizen. Berani nggak ngutuk PKI yang biadab itu? Ilham Aidit langsung mengkeret. 

Tutupnya situs Pemda DKI dianggap gak heran lantaran kelompok buzzer (bukan Netizen) anti Anies dengan nama berbeda-beda berupaya bangun citra busuk. Suka pakai nama palsu juga kebiasaan buzzer pemakan daging, kadang laki-laki tapi pake nama 'Rose'. 

Wei Jian memang spesialis melandaikan hal-hal yang berbau komuniser lewat tulisannya. Tidak ada itu bahaya laten Komunis, prinsipnya. Tapi mantan Menhan Ryamizard bilang ternyata ada tuh, jangan-jangan yang bilang itu ternyata dia sendiri. 

Kalau komunis sudah habis lima puluh tahun lalu, mengapa ada itu RUU HIP yang isinya jelas mau pura-pura seakan hanya kekeliruan kecil. Mereka bukan anak kecil lagi sekarang. 

Dendam itu setidaknya dibagi dua, bila tak dapat bangkit kembali maka setidaknya menghapus jejak kejahatan kelaliman masa lalu. Dan eksesnya tentu kerusakan tatanan kehidupan sejuk dan damai di masyarakat. Tapi komuniser tidak peduli, bahkan mungkin bersorak sorai. 

Percuma pakai banyak teori dan analisa sampai ke 'Uncle Sam' tapi nggak sebut 'Cung Kuo' soal pasangan capres ini itu. Pembelokan narasi cari muka penguasa seperti itu basi. Lucunya menuding Jokowi seorang Presiden dan Kepala Negara dibilang hanya lucu-lucuan mengenang peristiwa kekejaman PKI. Fitnah? 

Jadi sekarang tampak jelas kita melihat di bulan September ini panen antek komunis bertumbuhan dengan semakin liar dan mengganas, dari situ kita bisa melihat dan mencatat ada kekuatan apa di balik mereka.

Pemerhati sosial politik