Bentrok Demo Omnibus Law Tak Akan Pengaruhi Elektoral Paslon Pilkda

Suasa aksi demo di Surabaya
Suasa aksi demo di Surabaya

Aksi demo buruh dan mahasiswa menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja yang berujung chaos, Kamis (8/10) kemarin, tidak akan berdampak  pada politik elektoral calon-calon kepala daerah yang diusung PDIP.


Seperti misalnya, Eri Cahyadi-Armuji yang bertarung di Pilwali Surabaya, dan Klana Aprilianto-Dewi Astutik di Pilbub Sidoarjo 2020. 

“Menurut saya tidak berpengaruh signifikan terhadap Pilkada dan kandidat-kandidat yang diusung Parpol, termasuk PDIP,”  kata pengamat politik asal Universitas Trunojoyo Madura (UTM), Surokhim Abdussalam, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Minggu, (11/10).

Seperti diketahui, RUU Omnibus Law Cipta Kerja disahkan DPR. Dalam rapat pengesahan tersebut, Fraksi Demokrat sempat mengajukan instrupsi dan akhirnya memilih walkout bersama PKS karena tak digubris pimpinan rapat.

Di media sosial, juga beredar video yang memperlihatkan gerakan tangan Ketua DPR, Puan Maharani yang diduga mematikan tombol mikrofon saat Fraksi Demokrat melayangkan instrupsi.

Aksi putri Ketum PDIP, Megawati Soekarnoputri saat rapat ini pun langsung dikecam para netizen yang menolak UU Omnibus Law Cipta Kerja.

“Sentimen lebih banyak ke Parpol,” tegas Surochim.

Sehingga, masih kata Surokhim, situasi memanas yang dipicu kekecewaan massa buruh dan mahasiswa atas disahkannya UU Omnibus Law tidak berpengaruh terhadap kandidat-kandidat -- khususnya dari PDIP -- di Pilkada serentak 2020.

“Pengaruhnya bukan ke kandidat. Pilkada lebih dominan dipengaruhi faktor kandidat dan figur. Kendati rekom memang berasal dari Parpol. Sepertinya gak ngaruh karena peristiwa itu,” jelas peneliti senior Surabaya Survei Center (SSC).

Surokhim juga menilai, efek bentrok saat demo UU Omnibus Law Cipta Kerja di berbagai daerah terhadap Pilkada serentak relatif kecil. Termasuk yang terjadi di Surabaya.

“Ya karena tidak menyangkut langsung dengan Paslon dan case yang terjadi daerah. Proximity (unsur kedekatan) masih menjadi faktor dominan,” tegasnya.

Sejauh ini, kembali Surochim menandaskan, bahwa peristiwa nasional di Jakarta tidak cukup dominan dan signifikan mempengaruhi kontestasi politik lokal di daerah.

“Sebenarnya chaos-chaos itu bentuk perlawanan massa ke elit Jakarta. Jadi tidak menaut langsung dengan kandidat-kandidat yang sedang bertarung di Pilkada,” tandasnya.