Gerakan Tolak Omnibus Law (GETOL) akan kembali menggelar aksi tolak UU Cipta Kerja dan Omnibus Law pada tanggal 20 hingga 23 Oktober 2020. Untuk mengantisipasi kericuhan, GETOL akan mewaspadai penyusup dengan melakukan sweeping.
- Wali Kota Eri Bantah Keras Keluarkan SE Larang Bagi Takjil di Jalan Saat Ramadhan
- Peduli Pendidikan, OJK Berikan Beasiswa Bagi Pelajar MBR Senilai Rp 605 Juta
- Peringati Maulid Nabi dan Hari Jadi ke-112 Jombang, Baznas Gelar Khitan Cinta
"Kita punya cara untuk mengantisipasi adanya penyusup dengan cara mensweeping. Jika kita temukan. Maka akan kita keluarkan dari barisan," terang Wakil Ketua FSPMI Jatim, Nurudin Hidayat, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Selasa (20/10).
Untuk menyiasati agar memudahkan koordinasi dengan massa yang jumlahnya ribuan, jelas Nurudin, seluruh elemen yang tergabung dalam GETOL diimbau agar menggunakan atribut organisasi masing-masing.
"Untuk buruh ya pakai seragam buruh. Sedangkan untuk temen-temen mahasiswa akan memakai almamater kampusnya. Siasat ini untuk mencegah masuknya provokator saat akksi," tegasnya.
Diketahui, GETOL akan kembali menggelar aksi menuntut pencabutan UU Cipta Kerja dan Omnibus Law yang dianggap merugikan buruh.
Aksi akan digelar selama empat hari berturut-turut mulai Selasa (20/10) sampai Jumat (23/10). Demo akan diikuti berbagai elemen buruh di antaranya KSPI, KASBI, FSPMI, FSP KEB KSPI, KP SPBI, SPN, FBTPI KASBI, LBH Surabaya, GMNI, WALHI, IMM, UNTAG BERGERAK, DEMA FTK UINSA, Aliansi Mahasiswa UNAIR, SERBU SETAN dan beberapa elemen lainnya.
Sasaran demonstrasi Gedung Negara Grahadi Jalan Gubernur Suryo, Kota Surabaya. Namun sebelum menuju titik utama, terlebih dulu sekira kurang lebih 3000 massa akan berkumpul di Kebun Binatang Surabaya.
- Marak Kasus Curanmor di UTM, GMNI Sebut Polres Bangkalan tak Becus Ciptakan Keamanan
- Aktivis Tuding KPU Bangkalan Luluskan Calon Anggota PPK Titipan Politisi
- Habib Rizieq Tak Ikut Aksi 2309, Ada Apa?