Sudah 24 tahun perjalanan reformasi berlalu sejak tahun 1998. Sejumlah tokoh baik dalam bidang ekonomi, sosial, politik hingga hukum, melakukan refleksi. Bahkan, terdapat catatan evaluatif yang mesti diperbaiki pemerintah.
- Sangat Mungkin PDIP Mengusung Anies
- Makan Dibatasi 20 Menit, Natalius Pigai: Izinkan Saya Menertawai Jokowi dan Kabinetnya Yang Amatiran
- Tingkatkan Daya Tawar, PKB Pingit Cak Imin
Catatan evaluatif diantaranya disampaikan Ekonom Universitas Indonesia (UI), Ninasapti Triaswati, dalam acara Peringatan dan Refleksi 24 Tahun Reformasi bertajuk "Reformasi dan Jalan Keluar Krisis", yang digelar hybrid di Bimasena Club di Jalan Dharmawangsa, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (21/5).
Sosok yag kerap disapa Nina ini menjelaskan, kondisi di dalam negeri saat ini tak bisa terlepas dari situasi yang tengah berkecamuk di tingkat global.
"Perang Ukraina dan Rusia menyebabkan harga-harga naik dan membuat inflasi beberapa negar tinggi," ujar Nina dikutip Kantor Berita Politik RMOL.
Reformasi yang dilakukan oleh masyarakat umum dan juga mahasiswa memiliki cita-cita yang mulia, yaitu untuk kesejahteraan rakyat.
Tapi menurutnya, justru reformasi 98 masih menyisakan pekerjaan rumah (PR) yang cukup besar dan belum bisa diselesaikan hingga 24 tahun.
"Karena keberadaan oligarki ini bisa menjadi masalah yang sifatnya struktural. Pemerintah hari ini tidak bisa menyelesaikan masalah harga dengan hanya pembagian (bantuan) saja, tapi harus secara perbaikan sistem," tuturnya.
"Inilah salah satu masalah utama dari reformasi kita yang berlanjut," tandas Nina.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Prabowonomics Mengancam Mafia dan Oligarki
- Kondisi Ekonomi yang Tidak Menentu dan Biaya Wisuda: Beban Tambahan bagi Masyarakat Menjelang Lebaran
- Pemberantasan Korupsi akan Tumpul Jika Berhadapan Dengan Oligarki