AHY Akan Hadapi Gerakan Kudeta Kepemimpinan Partai Demokrat Dengan Sikap Kesatria

Agus Harimurti Yudhoyono/net
Agus Harimurti Yudhoyono/net

Aksi gerakan inskonstitusional yang akan menggulingkan kepimpimpan Partai Demokrat justru ditanggapi dengan sikap kesatria oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).


Sikap kesatria ini bukan pertama kali dilakukan AHY melainkan juga ditunjukan ketika Dia  kalah dalam kontestasi sebagai Gubernur DKI Jakarta yang kala itu melawan Anis Bawesdan. 

“Rekan-rekan wartawan yang saya hormati, Saya masih ingat, di tempat ini, pada tanggal 15Februari 2017, saya memberikan pernyataan pengakuan kekalahan dalam kontestasi Pilkada DKI Jakarta sekaligus saya sampaikan ucapan selamat saya kepada para pemenang,” kata AHY dikutip Kantor Berita RMOLJatim saat press conference melalui live streaming menyikapi gerakan kudeta terhadap kepempimpinannya, Senin (1/2).

“Pernyataan itu saya lakukan secara sadar untuk melatih diri berjiwa kesatria, sebagaimana yang telah ditanamkan oleh orang tua, keluarga, para pengasuh, para pembina, dan para senior mulai sejak kecil hingga masuk di lingkungan SMA Taruna Nusantara, Akademi Militer  dan mengabdi di jajaran TNI,bahkan hingga saya memasuki pengabdian di dunia politik,” ungkap AHY. 

Menurutnya, aksi kudeta ini merupakan cambuk bagi dirinya sebagai Ketua Umum (Ketum) untuk  lebih mendewasakan Partai Demokrat.

”Saya menyadari bahwa persoalan ini merupakan ujian dan tantangan untuk lebih mendewasakan partai kami, serta membuat kami lebih kuat dan lebih besar lagi,” ujarnya.

“Walaupun berat, tetapi inilah tugas mendasar yang harus kita kerjakan. Dan hari ini, saya sedang mengemban tugas itu,” demikian Agus Harimurti Yudhoyono. 

Sebelumnya AHY menyebut, 10 hari lalu, pihaknya menerima laporan dan aduan dari banyak pimpinan dan kader Partai Demokrat, baik pusat, daerah maupun cabang tentang adanya gerakan dan manuver politi koleh segelintir kader dan mantan kader Demokrat, serta melibatkan pihak luar atau eksternal partai, yang dilakukan secara sistematis.

Pelaku gerakan ini ada 5 (lima) orang, terdiri dari 1 kader Demokrat aktif, 1 kader yang sudah 6 tahun tidak aktif, 1 mantan kader yang sudah 9 tahun diberhentikan dengan tidak hormat dari partai, karena menjalani hukuman akibat korupsi, dan 1 mantan kader yang telah keluar dari partai 3 tahun yang lalu.

Sedangkan yang non kader partai, AHY menyebut, ada seorang pejabat tinggi pemerintahan, yang sekali lagi, sedang dimintakan konfirmasi dan klarifikasi kepada Presiden Joko Widodo.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news