Al Farabi, Filsuf Ummah Kosmopolitan

Foto dok
Foto dok

ABŪ Naṣr Muḥammad ibn Ṭarkhān ibn Awzalagh al-Fārābī alias akrab disapa Al Farabi termasuk filsuf yang telah diakui sumbangan pemikirannya di jagat filsafat. Lidah orang Barat menyebutnya ''Alpharabius''. Ia filsuf multi-talenta sekaligus polymath, orang yang menguasai banyak disiplin keilmuan dan telah melahirkan beragam karya yang terus dikaji.

Sebagai filsuf yang berpandangan terbuka, Al Farabi menyerap beragam produk peradaban pada masanya. Dari situ kemudian lahirlah aneka ragam pemikiran orsinil Al Farabi yang menakjubkan. Seperti, teori musik yang dilahirkannya. Menurutnya, musik berkembang dari suara yang dihasilkan alam yang dipersepsi dan dipraktekkan melalui berbagai instrumen. Berkat alat musik, maka manusia bisa memahami perbedaan nada, warna suara serta improvisasi yang bisa dilakukan.

Sampai sekarang, teori musik Al Farabi masih dipakai. Diajarkan di berbagai sekolah atau lembaga pendidikan. Dari keterampilan memainkan alat musik itu, kemudian lahir berbagai genre musik. Peniruan suara alam menjadi kunci dari perkembangan musik dan Al Farabi yang merumuskan itu. Kitab Al Farabi bertajuk "Kitab al-Musiqa al-Kabir" (Kitab daras ilmu musik) berisi penjelasan teoritis, filosofis, praktek bermusik, contoh beragam instrumen musik serta efek terapis dari musik.

Penulis buku ini, Josh Hayes, menempatkan Al Farabi pada posisi filsuf kosmopolitan. Sebutan yang juga telah disematkan pada Erasmus, Grotius, Smith, bahkan Kant. Alasannya, Al Farabi telah menunjukkan sikap kosmopolitanismenya dalam karya-karya yang bukan cuma berbicara tentang dunia Islam. Namun, yang lebih penting adalah mengulas berbagai pengetahuan yang dibutuhkan umat manusia. Al Farabi figur kosmopolit.

Artinya, warisan karya-karya al-Fārābī telah berkontribusi terhadap perluasan kosmopolitanisme dengan secara kreatif menata kembali ikatan universal yang menggabungkan persaudaraan manusia dan komunitas politik dalam skala global. Diawali dengan khalifah dinasti Abbasiyah al-Manṣūr lalu meluas hingga kekhalifahan berikutnya al-Ma’mūn dan al-Mu‘taṣim (813–42 M), berlangsung gerakan penerjemahan monumental. Yang berfokus pada transmisi dan penyebaran banyak karya terpenting filsafat dan sains Yunani kuno.

Penerimaan teks-teks penting dari Plato, Aristoteles, Euclid, Archimedes, Ptolemeus, Hipokrates, Galen, dan Theophrastus sering kali dimungkinkan berkat perantara orang-orang Suriah yang dipekerjakan sebagai penerjemah oleh khalifah di Baghdad. Diantaranya, penerjemahan karya Timaeus bertajuk ''Catalogue'' oleh Ibn al-Biṭrīq, anggota majelis Al Kindi, lalu disempurnakan Ḥunayn ibn Isḥāq and Yaḥyā ibn ‘Adī, menjadi pintu masuk ke karya-karya Galen, Proklus dan Plotinus. Majelis Al Kindi giat menerjemahkan karya-karya tersebut ke dalam bahasa Arab lalu didiskusikan dalam lingkaran mereka.

Kurikulum pembelajaran filsafat disusun sedemikian rupa. Diawali dengan pembelajaran logika, diikuti retorika, lantas ilmu alam, psikologi, metafisika dan diakhiri dengan etika serta politik. Abad ke-10 itu menandai perkembangan luar biasa filsafat, pengetahuan serta metodologi dalam imperium muslim. Lingkaran pembelajar dibentuk kian meluas. Selain di Baghdad, para sarjana-sarjana muslim membentuk pula lingkar studi di tempat-tempat dimana pun mereka berkunjung. Mereka membicarakan konten manuskrip serta menulis komentar terhadap manuskrip-manuskrip filsafat warisan peradaban Yunani.

Perpustakaan besar di Baghdad begitu sohor. Karena hasil-hasil penerjemahan tersimpan dalam perpustakaan ini. Khalifah al-Mansur sangat mendukung proyek penerjemahan besar-besaran tersebut. Diantara filsuf yang kemudian ikut ke Baghdad adalah Al Farabi. Al Farabi dikenal sebagai pengikut Aristoteles. Ia bahkan telah membaca manuskrip karya Aristoteles ''De Anima'' sebanyak 200 kali, sedangkan untuk ''Fisika'' 40 kali. Al Farabi lahir pada 870 di wilayah timur kekuasaan dinasti Abbasiyyah yang kini disebut sebagai wilayah Kazakhstan.

Ayah Al Farabi keturunan Persia yang mengabdi sebagai serdadu. Awalnya, Al Farabi belajar di Bukhara. Ia mempelajari ilmu hukum dan ilmu musik. Di akhir masa remajanya, Al Farabi pergi ke Marv dan studi lanjut di bawah bimbingan pendeta Kristen Nestorian, Yūḥannā ibn Ḥaylān. Dari Yūḥannā ibn Ḥaylān inilah Al Farabi lalu diperkenalkan ke karya-karya Aristoteles, diantaranya ''De Organon''. Pada 908 M bersama Ibn Ḥaylān, Al Farabi melanjutkan perjalanan dari Marv ke Baghdad. Di Baghdad, Al Farabi diperkenalkan ke sohib karib Ibn Ḥaylān, sesama pendeta Kristen Nestorian, yakni Abū Bishr Mattā ibn Yūnus, dan filolog Arab Ibn al-Sarrāj.

Perjalanan berlanjut, dari Baghdad ke Byzantium. Selama perjalanan ini, kemampuan berbahasa Al Farabi meningkat pesat. Ia mampu menguasai 70 bahasa dengan baik. Begitu kembali ke Baghdad, Al Farabi kemudian menyelaraskan karya Plato dan Aristoteles. Pada 943, Al Farabi melancong ke Mesir dan Suriah. Ia wafat di dekat Damaskus pada Desember 950 M.

Banyak penelitian terhadap karya-karya Al Farabi kemudian menyimpulkan, bahwa warisannya yang abadi sebagai pendiri sejati filsafat politik Islam tidak diragukan lagi. Al Farabi telah memberi kontribusi bagi tradisi filosofis ini. Jika kita harus membedakan biografinya dari filsafatnya, tulisan-tulisan politik Al Farabi sesungguhnya memperkenalkan komunitas Muslim (umma) sebagai pendahulu pra-modern bagi bangsa.  

Dalam karyanya bertajuk ''al-Madīna al-Fāḍila'' (Kota Mulia, Al Farabi mengandaikan adanya solidaritas tertentu di antara seluruh umat manusia. Ia memperkenalkan tiga jenis masyarakat sempurna yang berkisar dari kota,  negara hingga komunitas global. Karya ini masih dibaca secara luas. Filsuf Yahudi pada beberapa abad berikutnya, Leo Strauss, sangat memuja karya-karya monumental Al Farabi.

Ala kulli hal, Al Farabi memang sosok kaliber jagat. Ia belajar dari berbagai narasumber untuk memperkaya khazanah filsafat, pengetahuan dan disiplin keilmuan dalam peradaban Islam masa klasik. Berkat karya-karyanya, banyak hal yang kemudian tersingkap. Diantaranya, umat manusia perlu berpikir secara kosmopolit.

Penulis adalah akademisi dan periset

ikuti terus update berita rmoljatim di google news