Ancaman Gempa di Selatan Jawa, BMKG Pastikan Warga Tak Panik

Ilustrasi / net
Ilustrasi / net

Koordinator Bidang Observasi dan Informasi BMKG Stasiun Geofisika Pasuruan, Suwarto mengamini hasil kajian para ahli tentang adanya potensi gempa bumi di Selatan Jawa. Namun, ia menyatakan hal tersebut bukanlah prediksi, melainkan hasil kajian. Ia mengimbau masyarakat tak perlu panik dengan hal tersebut, namun tetap waspada.


"Itu adalah hasil kajian, bukan prediksi. Jadi, tidak perlu sampai panik," kata Suwarto,  dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Jumat, (28/5).

Suwarto menjelaskan, ada beragam cara mengantisipasi terjadinya gempa bumi. Untuk warga yang tinggal di kawasan Pantai Selatan, mulai dari Banyuwangi, Jember, Lumajang, Tulungagung, Blitar, hingga Pacitan, untuk menghadap pantai dan memahami atau mengetahui jalur-jalur evakuasi terlebih dulu. 

"Jadi, ketika nanti ada gempa besar, tidak perlu menunggu info dari BMKG, langsung bisa mengevakuasi diri kalau gempanya dirasa cukup besar. Segera menjauh dari pantai. Kita budayakan ketika ada gempa besar menjauh dari pantai," tuturnya.

Selain itu, Suwarto menegaskan BMKG juga memasang alat bernama Tide Gauge. Tide Gauge atau yang dikenal dengan nama Mareograph adalah sebuah alat untuk mengukur perubahan permukaan laut relatif terhadap datum vertikal. Alat tersebut digadang-gadang sebagai alat pendeteksi dini Tsunami.

"Itu kita pasang di pantai, itu ada di Pacitan, Tulungagung, dan Banyuwangi, itu juga ada, masih beroperasi sampai sekarang. Itu untuk memantau tinggi gelombang laut," tuturnya.

Kendati begitu, Suwarto menyatakan bahwa ada kekurangan yang masih dialami, yakni kelemahannya untuk di tengah lautan belum ada. Alasannya, terkendala pembiayaan.

"Dari segi dana, itu kan mahal pengadaannya, pemeliharaannya juga mahal. Otomatis, dari segi dana itu yang jadi kendala," katanya.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news