- PDI Perjuangan Kuasai 21 Pilkada di Jawa Timur, Sri Untari: Kepercayaan Rakyat Jadi Kunci Kemenangan
- DPRD Jatim Minta Tingkatkan Kewaspadaan Saat Pilkada Serentak
- Mayjen TNI Rudy Saladin Tegaskan Sinergitas Kawal Pengamanan Pemilukada Serentak di Jatim
PEMILIHAN kepala daerah memang masih akan berlangsung beberapa bulan ke depan.
Meskipun belum ada penetapan calon, angin kampanye sudah terasa kencang dan berhembus ke segala penjuru. Suasana kampanye mulai terasa hangat, menjadi sumber energi baru yang menggerakkan berbagai lini di media sosial.
Bahkan, jauh sebelum para kandidat mendaftar ke KPU, sudah ada gerakan "penetrasi" di berbagai sudut kota. Poster-poster dukungan sudah terpampang, mengubah suasana kota seolah-olah siap untuk menyukseskan pemilihan. Isu calon tunggal sempat mencuat, namun putusan Mahkamah Konstitusi mengubah segalanya.
Sejak putusan MK ditetapkan, belakangan, muncul warna hijau yang memberi warna lain kota ini, dipelopori oleh seorang tokoh ulama. Sepertinya ia telah memantapkan diri untuk menjadi "ikan salmon", berenang melawan arus kemapanan dibandingkan dengan keluarga lainnya.
Sepertinya satu partai tua berlambang benda langit, didukung oleh dua partai junior, tidak mau kalah gertak meskipun harus berhadapan dengan belasan partai lain. Belum jelas apa gerakan yang akan dilakukan oleh perserikatan partai-partai di kota ini.
Mereka sudah lebih awal menyapa warga dengan acara-acara spektakuler. Acara pesta politik yang mereka gelar benar-benar menjadi pesta rakyat. Para pedagang pun meraup keuntungan ekonomi, mulai dari pedagang cimol, ayam goreng, hingga gudang percetakan.
Peserta pesta dari kaum tua dapat melupakan sejenak usianya yang sudah senja. Ibu-ibu pun berkesempatan bergembira sejenak, menanggalkan penat urusan dapur yang tak pernah berakhir. Mereka betul-betul larut dalam semarak acara.
Aroma sedap dapur pesta politik sudah membumbung di udara bebas. Daftar menu pembangunan lima tahun ke depan mulai disuguhkan, menggoda selera siapa pun yang berharap kemajuan.
Setiap orang pasti maklum, kata orang, politik adalah seni mengelola citra. Namun, secerdik dan seterampil apa pun para kandidat dari pasangan mana pun mengemas menu politik, selalu ada kelompok masyarakat yang enggan mencicipi sajian masakan "surga" dari kontestan mana pun.
Kelompok sosial ini sudah sejak lama dikenal dengan julukan golongan putih alias golput. Meskipun mereka tidak secara terang-terangan mendeklarasikan diri sebagai golput, hingga hari ini, sikap masyarakat yang memilih golput masih belum dapat ditafsirkan secara pasti. Apakah ini merupakan tindakan menyatakan keraguan terhadap kemurnian pelaksanaan pemilu atau gerakan memboikot pemilu?
Meskipun gerakan golput sudah lama dipercaya ada, alat ukur pembuktian keberadaan kelompok ini masih sebatas dugaan. Mungkin saja golput tidak pernah benar-benar ada, seperti "tuyul politik" yang menguji ketabahan insan-insan politik.
Namun, kenyataannya, dalam penghitungan suara pada pesta-pesta sebelumnya, selalu ada saja gambar foto yang ditusuk semua dan tidak ditusuk sama sekali. Artinya, sangat mungkin hal itu dilakukan dengan alasan masing-masing.
Jika dilihat dari sisi lain, sikap golput jauh lebih waras daripada sikap individu yang hanya ikut-ikutan memberi dukungan tanpa mengenal secara utuh muara ideologi pembangunan yang akan digerakkan ke depan.
Keberadaan golput, golongan putih sama sekali bukan sesuatu yang mengkhawatirkan dalam pelaksanaan pesta demokrasi jika dibandingkan dengan golput dalam pengertian lain: "Golongan Penyeruput". Orang dari kalangan inilah yang memiliki kebiasaan ikut siapa dan mendukung kontestan mana yang kira-kira akan menang.
Golput dari spesies ini memiliki kebiasaan memilih bukan karena persetujuan dan persamaan idealisme, melainkan untuk menjaga kemapanan bisnis dan fasilitasnya agar tidak terganggu. Orang-orang seperti ini tidak peduli terhadap kepentingan masyarakat.
Untuk memuluskan misi terselubungnya, Golongan Penyeruput akan menjilat dengan dahsyat. Bahkan, seekor anjing yang terbiasa menjilat akan mengeluh bila beradu mekanik dengan golput—golongan penyeruput.
Anjing pun akan berujar, "Kalau hanya ingin mendapatkan kedudukan atau pekerjaan, tidak perlu menjilat sehebat itu. Karena para anjing sekalipun tidak sekeparat itu Bung,".
Penulis adalah wartawan RMOLJatim
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- PDI Perjuangan Kuasai 21 Pilkada di Jawa Timur, Sri Untari: Kepercayaan Rakyat Jadi Kunci Kemenangan
- DPRD Jatim Minta Tingkatkan Kewaspadaan Saat Pilkada Serentak
- Mayjen TNI Rudy Saladin Tegaskan Sinergitas Kawal Pengamanan Pemilukada Serentak di Jatim