ASEAN dinilai lamban dan gagal menangani isu-isu di kawasan seperti kemunculan aliansi-aliansi pertahanan di Asia Pasifik, seperti Quad dan AUKUS.
- Sisihkan 400 Perusahaan, SIER Raih Penghargaan ASEAN Risk Award 2024
- Kepemimpinan Muda ASEAN, Bagas Adhadirgha berhasil menggelar AYEC Carnival ke-8 di Indonesia
- Sambut Baik ASEAN Panji Festival 2023 di Jatim, Gubernur Khofifah Optimis Mampu Jadi Penguat Persaudaraan Antar Negara ASEAN
Quad merupakan aliansi ideologi antara Amerika Serikat (AS), Australia, Jepang, dan india. Sementara AUKUS disebut sebagai alian keamanan antara Australia, Inggris, dan AS.
Sejumlah analis berpendapat, hanya dalam kurun waktu tujuh bulan, dua kelompok yang dipimpin AS itu telah mengumpulkan kekuatan untuk melawan China di Laut China Selatan. Quad dan AUKUS juga diam-diam menghindari keberadaan ASEAN.
"Quad dan AUKUS, mereka jelas melewati ASEAN. Mereka hanya basa-basi ke ASEAN, tetapi mereka tidak terlalu peduli dengan apa yang dipikirkan oleh ASEAN," ujar seorang profesor di Universitas Tasmania, James Chin, seperti dikutip dari Eurasia Review pada Rabu (29/9).
Menurut Chin, ASEAN harus disalahkan atas kemunculan Quad dan AUKUS.
Selama ini, ASEAN telah menggembar-gemborkan sentralitas di kawasan, dan berusaha menjadi jangkar keamanan di Indo-Pasifik. Tetapi dalam perkembangannya, kampanye itu hampa.
Salah satu contoh adalah ASEAN belum mampu menyelesaikan isu Laut China Selatan. Bahkan selama dua dekade terakhir, setelah melalui banyak perundingan, ASEAN dan China belum bisa menetapkan Kode Etik di Laut China Selatan.
Hal serupa juga terjadi di Myanmar dengan isu Rohingya yang belum juga usai. Bahkan setelah kudeta militer 1 Februari lalu, ASEAN membutuhkan waktu lebih dari satu bulan untuk mencapai konsensus untuk memberikan tanggapan.
"Hal ini menunjukkan bahwa ASEAN tidak dapat dianggap serius berdasarkan rekam sejarah.. ASEAN adalah penyebab masalahnya sendiri," kata Chin.
Associate di Strategika Group Asia Pacific, Jeremy Maxie menilai, ASEAN bahkan kerap menjadi penghalang dalam upaya menyelesaikan masalah regional.
“ASEAN telah membuktikan selama beberapa tahun terakhir bahwa itu tidak relevan, bahkan kontraproduktif, dalam menanggapi masalah keamanan regional dari Myanmar hingga LCS,” kata Maxie.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Sisihkan 400 Perusahaan, SIER Raih Penghargaan ASEAN Risk Award 2024
- Kepemimpinan Muda ASEAN, Bagas Adhadirgha berhasil menggelar AYEC Carnival ke-8 di Indonesia
- Sambut Baik ASEAN Panji Festival 2023 di Jatim, Gubernur Khofifah Optimis Mampu Jadi Penguat Persaudaraan Antar Negara ASEAN