Pengamat politik Universitas Nasional Andi Yusran, menegaskan, elite politik yang kembali mewacanakan penundaan pemilihan umum (Pemilu) seharusnya disomasi oleh publik. Pasalnya, tahapan pemilu masih terus berlangsung.
Menurut Andi Yusran, seharusnya tidak ada lagi keraguan tentang penundaan pemilu karena prosesnya (prose pemilu) sudah berjalan. Ia menyarankan elite yang sempat menyampaikan wacana penundaan pemilu mundur dari jabatannya.
Elite yang terakhir melempar isu penundaan Pemilu, diantaranya, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo atau Bamsoet alias Bamsoet dan Ketua DPD RI AA LaNyalla Mahmud Mattlitti.
"Mengapa elite tersebut harus mundur? Karena perilaku mereka itu masuk kategori provokasi yang bisa menimbulkan huru hara nasional," demikian kata Andi kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (18/12).
Menurut Andi, sejatinya para oknum elite lembaga negara dan elit politik lainnya yang nyaring menyuarakan penundaan pemilu dan atau Presiden tiga periode telah terbaca syahwat politiknya. Artinya, kata Andi para elite itu ingin tetap menikmati lezatnya kue kekuasaan.
Ia berpendapat, penundaan pemilu sangat sudah direalisasikan. Sebab, akan berhadapan dengan masyarakat sipil.
Namun demikian, Doktor politik Universitas Padjajarah ini meminta publik terus mengawal.
"Karena peluang tersebut masih terbuka! Peluang itu bisa dimulai dengan amandemen konstitusi," pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Sempat Membantah, Wahyu Setiawan Akui Sumber Uang Suap Harun Masiku dari Hasto
- Kondisi Ekonomi yang Tidak Menentu dan Biaya Wisuda: Beban Tambahan bagi Masyarakat Menjelang Lebaran
- Sumardi Dorong OPD Pemprov Jatim Maksimalkan Pelayanan Meski Ada Efisiensi Anggaran