Pelarangan peliputan kepada wartawan JTV Dewi Imroatin oleh Kepala Bagian (Kabag) Humas Pemkot Surabaya, M. Fikser disesalkan Direktur JTV Imam Syafi’i.
- Puluhan Paus Terdampar Di Pantai Modung Bangkalan Karena Gangguan Sonar
- Imigrasi Surabaya Raih Penghargaan Penyelenggara Pelayanan Publik Kategori Prima Tahun 2022
- Jelang Lebaran, Harga dan Pasokan Bahan Pokok di Lamongan Stabil
Sebelumnya nama Imam Syafi’i disinggung dalam klarifikasi Fikser. Diakui Imam, memang sempat ada komunikasi antara dirinya dan Fikser. Namun saat itu ia menanyakan alasan Dewi tidak diijinkan meliput Risma.
"Saya tanya ke Fikser, kenapa Dewi dilarang meliput. Fikser bukan menjelaskan tapi malah bilang minta tolong supaya Dewi tidak meliput. Saya tidak habis pikir, apa salahnya Dewi sampai dilarang. Apa karena dia kritis. Saat itu saya bilang ke Dewi cari sumber lain, toh yang rugi mereka sendiri,†cerita Imam.
Menurut Imam, sebenarnya persoalan di kota Surabaya sangat banyak. Setiap media berhak melakukan tugasnya untuk menyampaikan informasi ke publik termasuk mengkritisi kebijakan pemerintah.
"Kalau Risma tidak mau berkomentar, yang rugi dia sendiri. Apalagi persoalan di kota Surabaya ini sangat banyak. Saya bilang ke wartawan JTV untuk selalu bersikap kritis. Tanpa Risma kita bisa minta komentar ke narasumber lain seperti dewan kota,†tuturnya.
Ditambahkan Imam, Risma tidak selayaknya alergi dengan kritikan media. Sebab fungsi media adalah sebagai pengontrol.
"Dia (Risma) kalau mau dipuji, ya cukup selesai di Humas. Sementara tugas media untuk mengontrol. Persoalan kritik sudah biasa terjadi di semua pejabat publik. Kalau tidak suka dikritik kan bisa memberi hak jawab,†tutupnya.[aji]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- 16 Kecamatan Di Kabupaten Jember Sudah Zona Kuning, Warga Diminta Taat Prokes
- Perumda Tirta Dharma Purabaya Madiun Sabet Dua Penghargaan Top Awards GRC 2024
- Rekrutmen Tenaga Kerja dari Perusahaan Plat Merah di Tuban, Memanas dengan Warga Lokal