CHOE Jang Hung merupakan pianis Republik Demokrasi Rakyat Korea yang
pertama mempergelar resital piano tunggal di Indonesia pada tanggal 11
Maret 2018 secara sangat menakjubkan.
Ojo Dumeh
Tidak
ada manusia yang sempurna maka tidak ada pula pianis yang sempurna
apalagi Choe Jang Hung yang masih berusia 13 tahun itu. Namun tidak
perlu berkecil hati mengenai ketidaksempurnaan manusia. Bahkan kesadaran
bahwa diri tidak sempurna sangat mandraguna demi memicu manusia untuk ojo dumeh maka terus menerus belajar, belajar, belajar dan belajar tanpa henti semasa hidupnya.
Maka Choe yang dianugerahi bakat teknik pianistik luar biasa itu harus senantiasa ojo dumeh demi senantiasa sadar bahwa di atas langit masih ada langit dan tidak semua karya musik hanya dipergelar secara teknis pianistik belaka namun juga harus dilengkapi bahkan dimahkotai dengan penjiwaan berdasar tafsir kecerdasan, pengetahuan dan perasaan paripurna.
Saya yakin Choe
Jang Hung dianugerahi bekal bakat luar biasa yang memungkinkan remaja
Korea ini menjadi satu di antara laskar pianis terbaik generasi jamanow
di planet bumi abad XXI dengan syarat dia harus selalu rendah hati demi
selalu bersemangat untuk belajar, belajar, belajar dan belajar tanpa
henti sepanjang hayat dikandung badan.
Pendidikan
Di
balik kedahsyatan bakat Choe Jang Hung sebenarnya ada latar belakang
yang kondusif suportif yaitu pemerintah yang mengutamakan pendidikan
sebagai panglima pembangunan. Dan pendidikan juga tidak terbatas pada
iptek namun juga meliputi pendidikan kesenian demi membentuk kepribadian
dan budi pekerti manusia seutuhnya sesuai bakat setiap anak-anak sejak
usia dini.
Pendidikan juga diselaraskan dengan mazhab keadilan sosial di mana pendidikan diberikan kepada setiap anak secara gratis tanpa biaya sesen pun. Republik Demokrasi Rakyat Korea yang gencar diberitakan pers sebagai negara pelanggar hak asasi manusia, namun pendidikan dipersembahkan kepada rakyat secara tanpa biaya sama halnya dengan pelayanan kesehatan dan perumahan bagi setiap warga tanpa kecuali dan tanpa diskriminasi apa pun.
Bagi para penyandang bakat istimewa, pemerintah memberikan beasiswa untuk menimba ilmu di luar negeri demi memperluas wawasan pandang dan pengetahuan.
Atas biaya pemerintah, Choe Jang Hung sempat tiga tahun menimba ilmu di Republik Rakyat China dan menjuarai sayembara piano internasional di Warsawa, Moscow dan Beijing. Saya tidak malu untuk mengakui bahwa dalam hal pelayanan kesehatan, perumahan dan pendidikan, saya merasa iri kepada warga Republik Demokrasi Rakyat Korea.
Indonesia
Sementara
ini saya baru berada pada tahapan hanya bisa membayangkan betapa
dahsyat kecemerlangan prestasi generasi muda bangsa Indonesia apabila
pemerintah Republik Indonesia berkenan mengutamakan pendidikan sebagai
panglima pembangunan sehingga dapat mempersembahkan pendidikan secara
tanpa biaya bagi seluruh rakyat Indonesia.
Saya yakin bahwa generasi muda bangsa Indonesia juga dianugerahi bakat-bakat luar biasa oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Bakat-bakat luar biasa generasi milinea Indonesia tidak hanya hadir di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi saja, namun juga di bidang kesenian.
Bakat luar biasa tampak nyata hadir pada para pianis muda Indonesia seperti Muhamad Iqbal, Canho Pasirua, Ade Irawan, Michael Anthony, Michelle Wijaya, Jesslyn Gunawan, Gillian Geraldine Gani, Janice Carissa, Gabriela Handoko, Aurelia Handoko, Jesslyn Handoko dan lain-lainnya yang tentu tidak bisa semua saya sebut pada ruang terbatas naskah sederhana ini.
Namun
segenap bakat luar biasa itu akan mubazir apabila para penyandangnya
tidak senantiasa rendah hati demi selalu bersemangat untuk terus menerus
belajar, belajar, belajar dan belajar tanpa henti selama hayat
dikandung badan.[***]
JAYA SUPRANA
Penulis adalah Seorang Pembelajar Kehidupan
ikuti terus update berita rmoljatim di google news