Belasan komunitas dan pelajar unjuk kemampuan memainkan alat musik tradisional, kentongan, dalam ajang festival alat musik kentongan digelar di Kota Cinema Mall (KCM) Jember.
- Tuban Terima 3.100 Vaksin PMK, Tahap Pertama Sasar Sapi Sehat
- Bambang DH dan Marhaen Djumadi Bakal Dilantik jadi Ketua Umum dan Ketua Harian PP IKA Unesa Periode 2025-2030
- Silahturahmi dengan Awak Media, Dandim 0803/Madiun Kenalkan Lontong Kikil Khas Madura
Festival alat musik tradisional asli Jember ini, itu digelar oleh Indosat IM3 Jember bersama KCM bertajuk event and year party. Sebagai upaya untuk menfasilitasi para komunitas pemusik lokal dan pelajar mengasah bakat dan melestarikan budaya asli Jember dari gempuran Budaya negara asing.
Alat musik kentongan ini juga dikolaborasikan dengan alat musik modern, supaya menghasilkan irama harmoni saat bernyanyi.
"Ada 14 grup pemusik yang ikut festival ini. Mereka dari kalangan pelajar dan masyarakat umum," ucap SPV Marketing Komunikasi IM3 Jember, Rizal Rulhaq, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Jumat ( 27/12).
Dia menegaskan ingin mendeklarasikan bahwa musik patrol atau kentongan ini adalah musik tradisional Jember, yang harus dilestarikan. Karena itu, pihaknya tidak membatasi umur untuk ikut festival yang digelar dalam momentum akhir tahun 2024 sekaligus menyambut pergantian tahun 2025.
Senada disampaikan Brand Marketing IM3 Jember, Fella Kuntaryanti, kepada sejumlah wartawan di KCM Jember.
"Dengan digelarnya festival ini, bertujuan agar anak muda paham tentang seni budaya lokalnya di tengah gempuran banyak kesenian negara asing," katanya.
Mereka tidak hanya kenal, sebagai musik tradisional jalanan. Tapi juga memiliki rasa kebanggaan, bahwa musik kentongan adalah kesenian tradisional, yang dimiliki oleh Kabupaten Jember, sebagai warisan budaya tak benda.
"Untuk meningkatkan pemahaman, Kami juga hadirkan sejarahwan untuk memaparkan cikal bakal musik kentongan, supaya semuanya tahu seluk beluk kentongan," paparnya.
Sementara seorang Akademisi Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Jember (Unej) Guruh Prasetyo M.Pd mengatakan, kehadiran musik kentongan di Jember sangat unik. Sebab, secara historis berkaitan dengan budaya mata pencaharian masyarakat Jember, yang agraris.
"Masyarakat agraris memiliki kegemaran salah satunya getakan doro ( Getakan Merpati). Getakan doro ini, yang selanjutnya memunculkan Senin musik kentongan," papar dia.
Dijelaskan Guruh, awalnya bunyi kentongan ditujukan kepada merpati, bukan kepada manusia. Sehingga hal ini melahirkan sesuatu yang unik. Hal ini berbeda dengan musik patrol. Kata Patrol berasal dari bahasa Prancis, yang berarti patroli untuk menjaga keamanan.
Karena itu, dia merasa perlu meluruskan makna musik kentongan dengan musik patrol.
"Musik kentongan lebih ditujukan kepada merpati, sedangkan musik patrol lebih pada menjaga keamanan manusia," katanya.
Menurutnya, dari sudut pandang kontemporer pada awal abad ke-20, masyarakat Kabupaten Jember memanfaatkan kentongan untuk memanggil Burung Merpati. Saat merpati dilepas, jika tidak kunjung pulang atau datang, maka dipanggil dengan suara musik kentongan. Demikian juga ketika merpatinya cepat kembali pulang dan berhasil menggaet merpati lain, maka dibunyikan suara kentongan.
"Dalam bahasa Madura, ada istilah "Nyata" (dibaca: Nyatha, yakni memasukkan merpati hasil tangkapan yang sudah jinak, sambil memperkenalkan suara kentongan di malam hari)," jelasnya.
Namun pasca tahun 1965, fungsi kentongan bergeser dan lebih multi fungsi. Setelah insiden G-30 S/PKI 1965, terjadi pergeseran makna kentongan. Kentongan lanjut dia, tidak hanya digunakan untuk memanggil merpati. Tapi juga digunakan sebagai media patroli di pos kamling (Keamanan lingkungan). Bahkan hal tersebut berkembang sampai sekarang.
"Ada kode-kode bunyi tertentu kentongan sebagai tanda bahaya, Seperti ada bencana, perampokan dan pencurian," terangnya.
Selanjutnya musik patrol, digunakan untuk membangunkan warga di waktu sahur. Dengan demikian fungsi musik kentongan atau patrol berkembang hingga seperti saat ini.
Bahkan musik kentongan atau patrol saat ini, sudah menjadi objek penelitian di kampus - kampus untuk skripsi, dengan menyebut dengan istilah musik patrol.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Jembatan Sungai Terputus Diterjang Banjir Bandang, Bupati Malang Langsung Tinjau Lokasi
- Nenek Berusia 91 Tahun Ditemukan Mengapung di Pantai Bawean Gresik
- Petani Ngawi Berinovasi, Bikin Alat Pengering Multifungsi untuk Padi Maupun Jagung