Bersama Kepsek se-Surabaya, Risma Rumuskan Protokol Kesehatan di Sekolah

Sosialisasi protokol kesehatan melalui video teleconference (vidcon) pasca menerbitkan Peraturan Walikota (Perwali) Nomor 28 terus dilakukan secara maraton oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini.


Kali ini sosialisasi ditujukan kepada Kepala Sekolah MKKS SD-SMP negeri maupun swasta se-Surabaya.

Dalam kesempatan itu, Risma bersilaturahmi kepada seluruh Kepala Sekolah tingkat SD-SMP dengan tujuan mensosialisasikan protokol kesehatan yang sudah ditetapkan.

“Sekali lagi, pertemuan ini bukan akan membuka sekolah. Lebih pada penyiapan protokol kesehatan,” kata Risma dikutip Kantor Berita RMOLJatim saat membuka vidcon di halaman Balai Kota Surabaya, Selasa (16/6).

Ia menjelaskan, saat ini pihaknya belum mengetahui kapan sekolah akan dibuka. Namun yang paling utama ialah merumuskan protokol kesehatan pada tiap-tiap sekolah dengan dasar Perwali tersebut. 

Menurutnya, setiap sekolah memiliki karakteristik siswa dan lingkungan berbeda. Oleh sebab itu, Risma meminta kepada tiap sekolah untuk mengembangkan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah.

“Karena bapak ibu yang paling mengerti kondisi sekolahnya. Jadi mohon untuk dikembangkan dan lebih dirinci. Standarnya adalah perwali, jangan di bawah itu,” paparnya.

Selain itu, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini juga meminta agar para guru dapat bekerjasama dengan wali murid untuk saling mendukung. 

Ia meminta agar para guru dapat memikirkan bagaimana caranya agar pelajar dapat menerapkan physical distancing selama berada di sekolah. 

“Satu kelas ada 30-40 anak. Bagaimana itu bisa jaga jarak. Karena itu butuh masukan dari panjenengan (anda),” ungkapnya.

Risma juga ingin agar jam istirahat siswa di sekolah sebaiknya untuk sementara ditiadakan. Mengingat pada saat itu para siswa biasanya akan bergerombol dengan teman-temannya. 

Sehingga bukan hanya siswa saja yang diatur pergerakannya tetapi peralatannya pun demikian. Ia menilai bahwa upaya ini memang tidaklah mudah. Tetapi harus dilakukan agar dapat mengkondisikan anak-anak dan menjaga kualitas kesehatannya.

“Saya setiap malam nyicil masukkan sabun dan sanitizer ke botol untuk persiapan sekolah. Ini supaya tidak kecolongan. Saya minta bapak ibu buat secara detail,” katanya.

Bahkan, saat ada siswa yang mengalami sakit batuk atau flu, Risma meminta agar anak tersebut dipulangkan ke rumahnya meski bukan sakit Covid-19. 

Menurutnya, jika anak yang sakit tersebut dibiarkan dan tetap masuk, maka akan berpotensi dapat menular ke temannya.

“Jadi begitu ada yang sakit tidak apa-apa pulang saja. Jangan juga dijadikan satu dengan teman-temannya. Misalkan dia ada di pojok sebelah pintu kelas. Jadi saat keluar tidak melewati temannya,” urainya.

Tidak hanya itu, ia juga meminta para guru agar membuat protokol yang detail dalam menggunakan fasilitas yang ada di sekolah. Misalnya, seperti ruang band beserta alat-alatnya juga harus dipikirkan bagaimana menggunakannya. 

“Apalagi itu terbuat dari logam. Sekali lagi saya mohon bapak ibu bantu kami,” jelasnya.

Namun begitu, menurut dia, yang paling penting adalah memastikan kondisi kesehatan para murid. Termasuk peralatan sekolah seperti meja, kursi, papan tulis agar disterilkan dengan penyemprotan disinfektan.

“Karena ini juga untuk kebaikan anak-anak kita sebagai generasi penerus bangsa. Nanti akan ada pertemuan lanjutan dengan saya," pungkasnya.

Sebelumnya, selama empat hari terakhir Risma melakukan sosialisasi melalui vidcon yang diikuti pengelola rumah ibadah baik masjid, vihara, gereja maupun kelenteng. 

Kemudian kepada Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Jawa Timur serta Asosiasi Pengusaha Kafe dan Restoran Indonesia (APKRINDO).

Lalu sosialisasi diikuti Asosiasi Pengelola Pasar, Pengelola Jasa Pasar, Pelaku industri. Kemudian, pada pengusaha ritel, hotel, serta pelaku konstruksi.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news