Disela sela rutinitas kesibukanya sebagai Kanit Pidum (Pidana Umum) Polres Kediri Kota, yang setiap hari selalu berurusan dengan perkara hukum. Ipda Sarwo Edi selalu meluangkan waktunya untuk mengelolah usaha sampingan yang telah ditekuninya selama tiga tahun. Usaha sampingan itu berupa budi daya ikan Betta atau ikan cupang.
- Gelar Halal Bihalal, Gus Muhdlor Bangun Spirit Idul Fitri dengan Guru dan ASN Sidoarjo
- Wali Kota Eri Luncurkan Pitstop Manyar, Subsidi Servis dan Ganti Oli bagi Driver Online Surabaya
- HUT Ke-77 RI, 231 Warga Binaan Lapas Bondowoso Dapat Remisi
"Awalnya saya nggak paham tentang budidaya ikan Betta, karena sebelumnya usaha yang saya tekuni bidang pertanian. Ya, syukur saat itu ada tetangga sekitar rumah yang mau mengajari saya. Lingkungan Kelurahan Ketami Kecamatan Pesantren ini kan sentranya budidaya ikan Betta," terang anggota Polri yang sudah menjabat beberapa kali menjadi Kanit Reskrim ini.
Upaya pertama yang dilakukanya saat itu, ia harus membeli rumah berikut tanah seluas 40 RU. Ia kemudian membuat sebidang kolam sebanyak 10 titik. Kolam itu digunakan khusus untuk budidaya benih. Kapasitas dua kolam ikan dapat menampung kurang lebih 10 ribu ekor ikan.
Sementara untuk pembesaran ditempatkan khusus pada ratusan botol air mineral bekas. Jika ditotal secara keseluruhan, jumlah ikan Betta Ipda Sarwo Edy sekarang ini mencapai lebih dari 60 ribu ekor.
"Sebenarnya, untuk modal beli benihnya saja murah. 10 ribu ekor, kita cuman keluarkan uang 1,5 juta. Namun setelah itu, kita masih pelihara lagi. Masa panen untuk benih ikan cupang membutuhkan waktu 2 Minggu. Setiap kali panen, dua minggu sekali ia bisa menjaring sedikitnya 20 sampai 30 ribu bibit ikan cupang," katanya.
Per satu ekor, benih ikan cupang berusia dua minggu, ia jual ke pedagang seharga Rp 80 rupiah. Pada umumnya pedagang yang datang untuk membeli ikanya berasal dari dalam kota mau pun Luar Kota diantaranya Tulunganggung, Semarang, Solo dan Kabupaten Kediri.
"Selain melayani pembelian langsung dirumah, anak saya juga bantu pemasaranya dijual via On Line. Pemesanya banyak dari luar Kota yakni Semarang dan Solo. Sementara saya melayani pembeli dari wilayah Tulunganggung dan seputaran Kabupaten Kediri saja,' kata Ipda Sarwo Edi Jumat (30/8).
Setiap kali transaksi, para pedagang yang datang ke tempatnya, membeli dalam jumlah 5 ribu - 10 ribu ekor. Pelanggan yang datang tidak hanya berlatar belakang dari profesi pedagang, melainkan juga dari Dinas mau pun perangkat desa. Terutama, jika pada musum hujan tiba disaat wabah demam berdarah mewabah, ikan cupang menjadi salah satu ikan hias yang paling banyak dicari, karena dinilai efektif sebagai predator jentik nyamuk demam berdarah.
Selain melayani pembelian benih ikan Betta, berusia dua minggu. Ia juga menjual ikan yang sama namun khusus untuk pembesaran, berusia 4 minggu sampai 1, 5 bulan. Ikan cupang berusia 4 minggu per ekor dijual Rp 600. Sedangkan ikan cupang berusia 1,5 bulan dihargai per ekor Rp 1500.
Dari rintisan usaha yang dijalaninya selama kurun waktu tiga tahun itu, Ipda Sarwo Edi mengaku mendapatkan omzet pendapatan sekitar Rp 4 juta dalam sebulan.
"Lumayan mas, buat usaha sampingan ekonomi. Omzet perbulan dari pelihara ikan ini rata rata Rp 4 juta, bersih itu sudah termasuk untuk pekerja dan pakan ikan, " Akunya. Ikan cupang yang dijualnya ada tiga jenis diantaranya Bulan, Emeral dan Plakat.
Diketahui jika selama ini Kelurahan Ketami Kecamatan Pesantren Kota Kediri dari sejak dulu memang dikenal sebagai sentra budidaya ikan hias jenis Betta. Jumlah petani budidaya ikan hias disini sekitar kurang lebih 50 orang. Para petani ikan cupang ini, tergabung dalam sejumlah koperasi yang dikelolah secara bersama sama oleh masyarakat.
"Kalau saya melakoni pekerjaan seperti ini, karena pekerjaan saya setiap harinya kan bergelut dengan perkara dan kejahatan. Maka kalau saya sudah pulang ke rumah, pingin suasana tenang ya, datang ke sini," ujar pria berusia 52 tahun ini.
Selain sebagai petani budidaya ikan cupang, Ipda Sarwo Edi juga melakoni usaha ternak khusus ayam joper ( jowo super). Ternak ayam Jowo super ini baru dirintis satu tahun yang lalu. Per satu kilo daging ayam jowo super tersebut dibeli oleh pedagang seharga Rp 34 ribu. Jumlah ayam jowo super yang dimiliknya saat ini sekitar 500 ekor.
"Jika dibandingkan, omzet keuntunganya lebih banyak di budidaya ikan cupang mas, ketimbang ternak ayam jowo super," pungkasnya.
Dalam karier ke Polisianya, Ipda Sarwo Edy sering kali mengungkap perkara besar. Terakhir kali ia mendapat piagam penghargaan dari Polda Jatim karena ikut membantu mengungkap kasus pembunuhan disertai Mutilasi yang bermotif asmara sejenis.[dik/bdp]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Pemprov Jawa Timur Raih Penghargaan Proklim 2021 dari KLHK
- Ratusan Rumah Terdampak Banjir, Dewan Desak Pemkab Evaluasi Saluran Drainase dan Solusi Jangka Panjang
- Meski Pandemi, Budidaya Bunga Hias di Pasaran Makin Menggeliat