Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) yang dipimpin oleh Dr Pinky Saptandari (Ketua Umum BK3S) bersama keluarga besar Pak Tjuk, melaunching buku "Tjuk Kasturi Sukiadi Sang Nasionalis” di gedung Tribuana Tungga Dewi, BK3S Surabaya.
- Buka 3rd Jambore BUM Desa Jatim, Gubernur Khofifah: BUM Desa Berkontribusi Turunkan Kemiskinan Ekstrem di Jatim Hingga 3,58
- Naik Motor, Wali Kota Eri Sidak Pelayanan Kelurahan di Balai RW
- Setelah 6 Tahun Tertutup, Pemkot Surabaya Bongkar Tembok Jalan Tambak Wedi Baru
Mengingat masih dalam masa pandemi, maka acara tersebut diselenggarakan dengan jumlah undangan yang sangat terbatas yakni 50 orang dan dengan tetap menjalankan protokol kesehatan.
Dalam pembukaan yang disampaikan oleh Pinky, ia menyebutkan bahwa tidak cukup waktu dan kesempatan untuk bisa menjelaskan beragam jasa dan sumbangsih yang luar biasa dari Pak Tjuk terhadap bangsa, tidak tekecuali di BK3S.
Pada sambutan kedua, yaitu dari pihak keluarga Pak Tjuk yang diwakili oleh Ibu Indijati Sukiadi, istri Dr. H. Tjuk Kasturi Sukiadi, menyampaikan sangat bersyukur ada yang bisa mendokumentasikan pikiran dan gagasan Pak Tjuk. Pemikiran dan gagasan Tjuk Kasturi Sukiadi semoga dapat menjadi teladan dan sumbangsih kepada bangsa dan negara, sebagaimana dituliskan dalam buku “Tjuk Sukiadi Sang Nasionalis” yang diluncurkan.
“Buku ini adalah kado yang sangat berharga bagi almarhum Pak Tjuk yang kalau hari ini masih hidup tepat berusia 76 tahun,” ujar Bu Tjuk, dalam rilisnya yang diterima Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (27/5)
Buku ini selengkapnya berjudul “Tjuk Kasturi Sukiadi Sang Nasionalis. Menekuni dan Mengamalkan Politik Kebangsaan Demi NKRI ” merupakan karya Henri Nurcahyo, dan diterbitkan oleh Komunitas Seni Budaya BrangWetan.
Tjuk Kasturi Sukiadi atau akrab dipanggil Pak Tjuk adalah seorang ilmuwan ekonomi yang menyebut dirinya aktivis karena memang lebih banyak berkiprah langsung di lapangan. Dalam buku yang ditulis selama tiga bulan ini dikisahkan perihal prinsip hidupnya sebagai seorang nasionalis, pancasilais, Soekarnois karena kepedulian pada dunia pendidikan; seni budaya, serta menjadi relawan sosial dan kemanusiaan.
Pak Tjuk memang lahir dari keluarga nasionalis. Ayahnya adalah aktivis PNI dan Soekarnois yang kemudian mendidiknya menjadi Aktivis GSNI, GMNI dan menjadi pelopor Gerakan Reformasi 1998 di Surabaya. Meski menjadi pendukung Jokowi dalam pilpres sejak awal, namun Pak Tjuk tidak segan-segan mengritiknya dalam buku “Saya Bukan Barisan Penjilat,”.
Dalam buku setebal 260 halaman ini juga memuat kisah-kisah humanis perihal kisah cinta Tjuk Sukiadi dan Indijati, istrinya yang justru lebih tua usianya dan masih sehat hingga berusia 83 tahun saat ini.
Namun justru Covid-19 itulah yang kemudian merenggut nyawanya setelah dinyatakan posiif awal tahun dan meninggal dunia tanggal 16 Januari 2021.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Tekan Kemiskinan Lewat Pemberdayaan Masyarakat, PJs Wali Kota Surabaya Kunjungi Kampung Tematik dan Rumah Padat Karya Tandes
- Bupati Yuhronur Beberkan Capaian Kinerja Pemkab Lamongan 2021
- Banyuwangi Grand Watu Dodol Bebaskan Tiket Masuk Bagi Pengunjung yang Ikut Vaksin