Cak Imin Minta Hubungan Historis PBNU-PKB Tidak Dijadikan Alat Merebut Kekuasaan

Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar/Ist
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar/Ist

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar meminta agar hubungan historis antara Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) tidak dijadikan alat kepentingan pribadi, terutama dalam upaya meraih kekuasaan.


Cak Imin juga tidak mempermasalahkan jika PBNU ingin memanggil dirinya.

"Sebenarnya silaturahmi nggak masalah, ngopi bareng juga bagus, asalkan dengan niat dan akhlak yang baik. Tapi sejak awal tidak sopan dan tidak mencerminkan watak Kiai, ya kita harus tolak," kata Cak Imin lewat akun X resminya, dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (14/8).

Sebagai warga NU dan bagian dari Syuriyah di salah satu ranting, Wakil Ketua DPR RI bidang Korkesra itu mengaku sedih atas perilaku oknum yang mencatut nama lembaga dan mengatasnamakan Kiai untuk kepentingan pribadi. 

"Ambisi dan nafsu berkuasa telah meninggalkan karakter yang seharusnya dimiliki," sebut Cak Imin merasa prihatin.

Ia menegaskan bahwa secara kelembagaan, PBNU dan PKB tidak memiliki hubungan struktural yang bisa dijadikan dasar untuk menguasai satu sama lain. 

"Jangan memanfaatkan hubungan historis dan aspiratif untuk menguasai PKB. Na’udzubillah," pungkasnya.

Ketegangan antara PBNU dan PKB kembali mencuat menyusul rencana PBNU untuk merebut kembali partai yang dipimpin Muhaimin Iskandar. PBNU menganggap sebagai pemilik sah PKB.

Untuk memuluskan rencana tersebut, PBNU membentuk tim lima atau panitia khusus (pansus) untuk mengembalikan PKB ke NU.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news