Stunting masih menjadi kasus yang perlu perhatian khusus di negeri ini. Pencegahan stunting tak bisa hanya dilakukan oleh satu atau dua pihak saja. Melainkan adanya intervensi dari semua pihak mengedepankan kerjasama lintas sektor.
- Tinjau Kepatihan dan Museum Trinil Ngawi, Pj Gubernur Adhy Dukung Upaya Revitalisasi dan Pengembangan Bangunan Bersejarah di Jatim
- Bersama Wapres Gibran Tinjau Benteng Van den Bosch, Pj Gubernur Adhy Dorong Pelestarian Bangunan Bersejarah jadi Destinasi Unggulan di Jatim
- Jalur Ngawi-Jogorogo Bakal Mulus, Begini Reaksi Masyarakat
Bicara stunting dan gizi buruk, Yudono Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Ngawi menjelaskan, perlu adanya terobosan dan inovasi. Salah satunya melalui aplikasi atau software yang bisa mendeteksi perkembangan maupun upaya dini dari pencegahan stunting demikian juga gizi buruk yang dilakukan oleh beberapa pihak.
"Kita akan membuat satu inovasi berbasis IT dengan memanfaatkan aplikasi. Nantinya dengan aplikasi tersebut semua bisa terdeteksi dini termasuk solusinya," terang Yudono, Senin, (24/8).
Paparnya, yang dimaksudkan stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang terutama pada 1000 Hari Pertama Kelahiran (HPK). Dimana, dari janin hingga anak berusia 23 bulan. Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badannya berada dibawah minus dua standar deviasi panjang atau tinggi anak seusianya.
"Kita terus konsekuensi terhadap pencegahan stunting. Adanya intervensi yang komprehensif mulai perempuan puber pertama hingga berumah tangga dan melahirkan bahkan sampai bayi sebelum berumur dua tahun," ulasnya.
Bicara pencegahanya kata Yudono, memang menjadi persoalan yang komplek. Perlu adanya intervensi baik lintas sektor maupun dari internalnya (Dinkes). Bicara lintas sektor sangat dibutuhkan hadirnya orang tua asuh. Dan itu pun Bupati Ngawi telah melakukan langkah strategis dengan menerbitkan surat keputusan (SK) tentang orang tua asuh.
Apalagi keberadaan orang tua asuh dari lintas sektor dalam intervensinya mempunyai bobot 70 persen dan sisanya dari pemerintah melalui kedinasan. Sementara itu dari evaluasi Dinkes Ngawi sampai pertengahan 2020 tercatat ada 155 balita stunting atau 6,78 persen masuk prevalensi balita kekurangan gizi dari 2.285 balita.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Tinjau Kepatihan dan Museum Trinil Ngawi, Pj Gubernur Adhy Dukung Upaya Revitalisasi dan Pengembangan Bangunan Bersejarah di Jatim
- Bersama Wapres Gibran Tinjau Benteng Van den Bosch, Pj Gubernur Adhy Dorong Pelestarian Bangunan Bersejarah jadi Destinasi Unggulan di Jatim
- Jalur Ngawi-Jogorogo Bakal Mulus, Begini Reaksi Masyarakat