Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menjangkit ternak mulai berdampak kepada para pedagang sapi. Kini, pedagang di Ngawi mengeluhkan harga jual sapi yang anjlok hingga 40 persen.
Salah satu peternak asal Paron, Riko Fian mengatakan bahwa ini harga sapi di pasar hewan turun drastis saat ini.
- 180 Sapi di Lamongan Terjangkit PMK, 15 Ekor Mati
- Hewan Positif PMK Masih Bisa Dikonsumsi
- 3600 Vaksin PMK Dikirim Ke Jatim, Agusdono Minta Pemprov Utamakan Peternak Sapi Perah
Menurut dia, harga sapi semula berkisar Rp 20 juta per ekor, namun kini berkisar Rp 14 juta per ekor. Mengingat sejak wabah PMK terjadi pembeli langsung dari masyarakat sangat jarang terjadi. Toh, sapi hanya laku dengan harga miring dengan dijual sesama pedagang sapi atau blantik.
"Anjloknya harga sapi sudah terjadi sekitar dua minggu yang lalu sampai hari ini. Bahkan anjloknya harga sampai separuh dari yang kita beli dulunya," ungkap Riko Fian, Rabu, (25/5).
Kepada kantor berita RMOL Jatim, Riko menegaskan, meskipun harganya jatuh di pasaran pihaknya terpaksa tetap menjual dagangan sapinya.
Jika tetap memburu harga normal ia khawatir akan lebih merugi karena harus menanggung biaya pemeliharaan di kandang.
"Meskipun harga jatuh terpaksa tetap kita jual. Karena kita belum tahu juga sampai kapan wabah PMK ini berakhir. Kalau kita memburu harga normal jelas itu malah dibuat rugi banyak," ulasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- 180 Sapi di Lamongan Terjangkit PMK, 15 Ekor Mati
- Tinjau Kepatihan dan Museum Trinil Ngawi, Pj Gubernur Adhy Dukung Upaya Revitalisasi dan Pengembangan Bangunan Bersejarah di Jatim
- Bersama Wapres Gibran Tinjau Benteng Van den Bosch, Pj Gubernur Adhy Dorong Pelestarian Bangunan Bersejarah jadi Destinasi Unggulan di Jatim