Aksi unjuk rasa yang dilakukan puluhan mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya yang menuntut penurunan Uang Kuliah Tunggal (UKT) sebesar 50 persen selama masa pandemi Covid-19, diwarnai kericuhan Rabu (29/7).
- Wali Kota Eri Tegaskan Pengelolaan Fasum Perumahan Darmo Hill Dapat Dilakukan Secara Gotong Royong
- Penduduk Miskin Ekstrim Di Jatim Capai 1,7 Juta Jiwa, Gerindra Minta Pemprov Rumuskan Kebijakan Extraordinary
- Direktur AKABI Yakin Gerakan Merdeka Panen Kedelai Bojonegoro Kurangi Impor
Kericuhan ini bermula ketika Aliansi Mahasiswa Unair ini yang berunjuk rasa berusaha memasuki area gedung rektorat untuk berorasi dan menyampaikan aspirasi dan bertemu rektor Unair. Mereka berharap agar UKT diturunkan sebesar 50 persen karena dinilai memberatkan. Namun, keinginan untuk masuk, dicegah petugas keamanan.
Aliansi Mahasiswa Unair akhirnya membakar ban di tengah jalan Ir. Soekarno depan Unair kampus C, dan kemudian mendobrak pagar depan dan berusaha masuk gedung rektorat yang tertutup rapat.
Sempat terjadi adu dorong antara petugas keamanan yang dibantu polisi dengan para pengunjuk rasa.
Pengunjuk rasa menuntut UKT turun sebesar 50 persen selama pandemi Covid-19 harus dipenuhi oleh Rektor Unair, karena sistem kuliah daring yang digelar pihak universitas tidak berjalan maksimal dan mahasiswa tak bisa menikmati fasilitas kampus.
"Saya gak dapat apa-apa di masa pandemi ini, saya hanya dapat materi berupa Power Point atau dosen yang rajin, kita tidak bisa menikmati AC, kita tidak bisa menikmati WC, kita gak bisa menikmati listrik. Akhirnya kontra prestasi yang menjadi prinsip dasar dari jual beli dengan PTNBH (Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum) Unibersitas Airlangga ini meraih keuntungan seuntung-untungnya itu sudah salah," kata Romy Reynaldi mahasiswa semester tiga Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unair.
Disamping menuntut penurunan UKT, pengunjuk rasa juga menagih janji Unair untuk merealisasikan kuota paket internet sebesar 10 Giga. Karena menurut Romy selama ini kuota yang dijanjikan buat kuliah daring tidak pernah terwujud.
"Tapi banyak dari teman-teman saya tidak pernah mendapat sms itu, justru kalau misalnya saya ya, saya gak dapat sampai 10 giga, 5 giga aja gak dapat," tambah Romy.
Jika tuntutan mahasiswa Unair ini tidak dipenuhi oleh Rektor dalam tiga hari kerja, maka pengunjuk rasa akan menginap di gedung rektorat sampai UKT bisa turun sampai 50 persen dan kuota internet yang dijanjikan dapat terpenuhi.
Terpisah, Humas Unair Suko Widodo menyayangkan aksi unjuk rasa yang dilakukan mahasiswa berujung ricuh. Karena Unversitas Airlangga sebagai organisasi juga memerlukan pembiayaan sedangkan kuota yang dibicarakan juga sudah dipenuhi.
"Kalau soal kuota ya kita juga penuhi tapi makanya mahasiswa kalau nuntut kuota, ya tolong dong kuota jangan dibuat nonton musik aja tapi untuk belajar. Sudah kita hitung kok," kata Suko Widodo dalam video yang dikirimkan melalui Whatsapp.
Suko Widodo juga menambahkan, besaran nilai UKT sudah disepakati sejak mahasiswa masuk kuliah dan kebijakan ini sudah dibicarakan dengan organisasi mahasiswa maupun BEM.
"Memang satu orang dengan orang beda, lah kalau semua misalnya harus dipotong 50 persen nanti gimana kalau putra pengusaha kaya kemudian anak yang yatim yang terus dipotong padahal kita juga peruntukkan untuk membantu mahasiswa yang kekurangan. In Sya ALLAH kebijakan yang dibuat pak rektor sudah berpihak pada kepentingan kita semua," tambah Suko.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Beredar Donasi Surat Palsu Mengatasnamakan Pemkab Gresik
- Kasus Covid -19 Di Desa Sitiarjo Malang Terus Melonjak, Pemkab Malang Bakal Tambah Waktu Penyekatan
- Operasi Gempur, Bea Cukai Probolinggo Musnahkan Setengah Juta Rokok Ilegal