Di Bondowoso, Tradisi Buang Bayi Masih Dilestarikan

Tradisi buang bayi
Tradisi buang bayi

Keberlangsungan adat istiadat di kehidupan masyarakat pedesaan Bondowoso hingga kini masih kental.


Di Bondowoso, tradisi buang bayi yang baru beberapa hari dilahirkan masih terjadi di beberapa sudut pedalaman Bondowoso. Seperti yang dilakukan salah satu warga di dusun Angsanah, Desa Jambesari kecamatan Jambesari Darussholah ini.

Andriyanto, bapak dari bayi yang melangsungkan tradisi buang bayi tersebut mengaku sekedar melestarikan budaya dan adat yang berlaku dimasyarakat setempat.

"Tradisi melibatkan tokoh setempat yang biasa memimpin acara-acara adat di kampung kami," ujarnya saat dikonfirmasi Kantor Berita RMOLJatim, Sabtu (7/8).

Andri menambahkan, tokoh yang biasa memimpin acara tersebut bernama Mbah Misrai, dia (Mbah Misrai) sebelum berlangsungnya acara telah meminta tuan rumah mempersiapkan segala perlengkapan.

"Seperti nampan, Jarik, dan bayi dalam keadaan sudah dimandikan dan berpakaian lengkap saat acara digelar," tambahnya.

Selanjutnya, Mbah Misrai membawa bayi tersebut ke pekarangan kosong di sekitar rumahnya dan meletakkan bayinya di atas nampah yang telah dipersiapkan tersebut. Lalu ia mengitari bayi tersebut sebanyak 7 kali dengan melantunkan do'a-do'a.

"Kemudian Mbah Misrai teriak-teriak menemukan bayi," sambungnya.

Lalu, nenek dari bayi itu menghampiri dan mengakui bahwa bayi tersebut adalah cucunya. Kemudian Mbah Misrai minta tebusan sebelum cucunya bisa dibawa pulang.

"Tebusannya sih sederhana dan semampunya keluarga si bayi, tadi saya hanya uang 20 ribu, kopi dan gula masing-masing 1 kg," paparnya.

Diyakininya, tradisi buang bayi itu tidak berlaku untuk semua bayi karena ada kriteria tertentu yang melakukannya, seperti ketika bayi perempuan lahir telungkup dan bayi laki-laki lahir terlentang.

" Jika lahir kebalikannya berarti tidak bisa melakukan tradisi ini," cetusnya.

Andri mengakhiri, tradisi yang dilakukan tersebut merupakan adat setempat untuk membuang kesialan bayi karena saat lahir diyakini ada yang kurang tepat sesuai kriteria yang tadi disampaikan.

" Ini tradisi, dibalik ini masyarakat meyakini ada hal positif yang diharapkan," pungkasnya.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news