Di Jember Ada Desa yang Mendekati Zero Stunting

Kepala Puskesmas Mayang, drg Hamid Dwi Supriyanto/RMOLJatim
Kepala Puskesmas Mayang, drg Hamid Dwi Supriyanto/RMOLJatim

Keberhasilan penanganan stunting di Kabupaten Jember tentunya diikuti oleh keberhasilan pencegahan dan penanganan stunting di tingkat kecamatan hingga tingkat desa/kelurahan di Kabupaten Jember. Bahkan ada desa yang mendekati zero stunting, karena hanya memiliki 1 atau 2 kasus bayi stunting. 


Keberhasilan ini, tak lepas dari upaya pasangan Bupati Jember Hendy - Gus Firjaun dalam melakukan percepatan  penanganan stunting di seluruh desa di Kabupaten Jember. 

Selain itu, melalui pemberian makanan tambahan (PMT) di sejumlah desa yang diperkirakan mengalami kenaikan jumlah anak stunting.

Menurut Kepala Puskesmas Mayang, drg Hamid Dwi Supriyanto, tahun 2022  jumlah bayi stunting di Kecamatan Mayang ada 238 balita yang tersebar di 7 desa. Karena itu pihaknya bersama pihak terkait lainnya, terus berupaya melakukan penanganan stunting. Baru bulan Februari tahun 2023, melakukan pengukuran dan penimbangan seluruh bayi di kecamatan Mayang. 

"Hasil operasi timbang Februari 2023, bayi stunting hampir 50 persen menjadi 121 balita. Kemudian hasil operasi timbang Agustus 2023 turun lagi menjadi 111 kasus stunting," ucap drg Hamid dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Rabu (31/7).

Dia menjelaskan di sejumlah desa ada yang mendekati zero stunting, seperti Desa Sidomukti, jumlah bayi stunting ada sebanyak 2 balita saja.

"Saat ini tinggal melakukan pengawasan ibu hamil dan edukasi calon pengantin, supaya tidak melahirkan bayi stunting baru," katanya.

Senada disampaikan Kader Posyandu Desa Sidomukti. Dia menjelaskan kedua balita yang stunting itu berada di Dusun Ledok dan Dusun Krajan. Kedua bayi stunting ini bukan karena faktor kemiskinan tapi karena pola asuh.

"Secara ekonomi orang tuanya bagus, namun karena sibuk bekerja, bayi dititipkan kepada neneknya," katanya.

Diketahui, Pemkab Jember melakukan pengukuran 150.000 balita di Kabupaten Jember,  menggunakan alat antropometri. Berdasarkan hasil pengukuran itu, selama dua bulan terakhir angka stunting di Jember mengalami penurunan.

Pada bulan Mei 2024, angka stunting sebesar 9,53 persen dari 150.000 balita di Jember atau sebanyak 12.244 balita berstatus stunting. 

"Sedangkan pada bulan Juni 2024 mengalami penurunan menjadi 7,43 persen atau sebanyak 10.414 balita di Jember masuk kategori stunting," ucap Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jember, dr. Hendro Soelistijono.

Berdasarkan data riil hasil penimbangan dan pengukuran menggunakan alat antropometri dari rumah ke rumah, lanjut dia, angka stunting di Jember jauh di bawah hasil SKI tahun terakhir.

Meskipun menunjukkan hasil yang positif, namun Dinas Kesehatan bersama OPD lainnya belum merasa puas. Karena itu, selain memaksimalkan anggaran melalui APBD Jember juga menggunakan dana CSR dari perusahaan yang ada di Jember.

CSR tersebut salah satunya dikemas dalam kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi ibu hamil dan balita. Selain itu, Pemkab Jember juga sedang melaksanakan pengawasan dengan melibatkan seluruh ASN Pemkab Jember.

Selain itu, Bupati Jember juga telah memperketat pengajuan dispensasi menikah. Pengetatan tersebut saat sedang disosialisasikan secara masif ke desa-desa.

Dalam pengawasan itu, Bupati Jember Hendy Siswanto mewajibkan ASN menjadi bapak asuh balita stunting. Bahkan, Dinas Kesehatan Jember akan meningkatkan pengawasan partisipatif.

Sehingga, kedepannya tidak hanya ASN yang memiliki kewajiban menangani stunting, tetapi juga ada keterlibatan masyarakat.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news