Kisah menyentuh dialami Aishalifa Awaludiana Putri, bocah perempuan yang tercatat duduk dibangku kelas 1 MI Al-Falah Desa Beran, Kecamatan/Kabupaten Ngawi.
- Semarak HUT Kemerdekaan RI ke 77, Puluhan Anggota Polres Jombang Jadi Chef Dadakan di Uji Masak Nasi Goreng
- Bawaslu Lampung Temukan 1.490.983 Pemilih Salah Penempatan TPS
- Jember Geger! Ditemukan Bayi Perempuan di Ember Bekas Cat, Tangis Dikira Suara Kucing
Meski di situasi keprihatinan, bocah berumur 7 tahun ini sukses menyabet Juara 5 Kategori umur 4-8 tahun dalam lomba Tahfidz tingkat nasional 2020.
Putri pertama dari pasangan Khoirul Awaluddin - Rahayu Tri Mardiana memang dikenal cukup kreatif walaupun sentuhan kasih sayang dari seorang ibu sangat terbatas.
Dengan kalimat lirih Khoirul mengatakan, Aishalifa sejak usia 4 tahun kondisi kesehatan ibundanya memburuk lantaran didera penyakit syaraf hingga sekarang ini.
"Aishalifa tetap semangat belajarnya meskipun sang ibu (Rahayu Tri Mardiana-red) mengalami sakit akibat syaraf dan fisiknya sejak tiga tahun lumpuh. Dengan sentuhan ibu yang sangat terbatas tidak menjadikan putri saya patah semangat justru sebaliknya," ungkap Khoirul Awaluddin, Jum'at, (8/1).
Diterangkan, Aishalifa mengikuti lomba Tahfidz tingkat nasional dilakukan secara daring melalui aplikasi zoom pada 30 Desember 2020 lalu.
Dalam benak Khoirul awalnya tidak terpikirkan jika putrinya bisa menyabet juara nasional. Mengingat peserta lomba Tahfidz saat itu luar bisa semuanya. Ia pun, mendadak kaget ketika mendapat pengumuman dari pusat pada Kamis kemarin, (7/1), kalau Aishalifa keluar sebagai juara pada urutan 5 lomba Tahfidz tingkat nasional.
"Ketika mendengar kabar pengumuman menjadi salah satu juara kemarin itu sebagai orang tua tentunya sangat bangga meski berada pada kondisi seperti yang saya alami saat ini. Ibundanya pun mendengar kabar itu malah sedih menangis apalagi saya, Mas," beber Khoirul dengan mata berkaca-kaca, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Jumat (8/1)
Sejak duduk dibangku taman kanak-kanak, lanjutnya, putri sulungnya dari dua bersaudara tersebut seringkali menyabet juara dari berbagai perlombaan. Baik lomba menyanyi maupun hafalan surat-surat pendek Juz Amma, termasuk juara pertama lomba anak sholeh Kabupaten Ngawi. Dengan sederet prestasi itu sampai sekarang berhasil mengoleksi 10 piala dan penghargaan.
"Alhamdulilah kondisi ibunya yang masih sakit putri saya mendapat prestasi. Tentunya sebagai motivasi saya untuk mendidik anak-anak lebih dari sebelumnya. Memang sejak masih dikandungan dulu sebagai orang tua saya membisikan surat-surat pendek ," ulasnya.
Kesuksesan Aishalifa selain didasari kondisi sang bunda, juga keprihatinan Khoirul sendiri. Sekilas ia menceritakan, sudah 18 tahun lamanya ia mengabdikan diri sebagai seorang tenaga administrasi bersifat honorer di SMPN 3 Ngawi.
Dengan menyandang sebagai tenaga honorer kategori dua (K2-red), Khoirul berharap ada kebijakan dari pemerintah pusat dan daerah untuk segera mengangkat sebagai PNS.
Sisi lain, di tengah kesibukannya sebagai abdi negara, mas khoirul masih bisa merawat istrinya yang sedang sakit dan mengasuh anak-anak yang masih kecil.
"Sampai sekarang juga belum ada kejelasan. Memang pengangkatan sudah ada tetapi bagi guru, sedangkan kami tenaga administrasi. Mohon kepada pemerintah memperhatikan nasib seperti saya ini. Kalau di Ngawi sebetulnya yang menyandang statusnya K2 sekitar 200 an orang mohonlah nasibnya diperhatikan," pungkas Khoirul Awaluddin.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Sambut Hangat Delegasi Hari Habitat Dunia, Pemkot Surabaya Suguhi Pertunjukkan Campursari
- Hari Spesial, Kedai Ketan Punel Sajikan Menu Khas Valentine
- PKPU 15 ‘Membunuh’ Perusahaan Media Daerah