RMOLBanten. Meski terus-terusan dikritik, hasrat pemerintah untuk
berutang tak surut. Terbaru, pemerintah akan mendapat pinjaman sebesar
300 juta dolar Amerika Serikat atau sekitar Rp 4,2 triliun dari Bank
Dunia.
Utang tersebut rencananya untuk membangun sektor pariwisata. Ya
Allah, utang lagi.. utang lagi..
Kepastian pemerintah mendapat
pinjaman disampaikan Direktur Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste
Rodrigo Chaves dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi, Rakyat Merdeka.
Chaves mengatakan, Dewan Direktur Eksekutif Bank Dunia sudah
menyetujui pinjaman 300 juta dolar AS yang diajukan pemerintah. Utang
rencananya digunakan untuk meningkatkan prasarana dan layanan dasar yang
relevan dengan pariwisata, memperkuat hubungan ekonomi lokal dengan
pariwisata dan menarik investasi swasta.
Kata dia, lebih dari
2,8 juta penduduk Indonesia akan mendapat manfaat dari jalan dan akses
ke layanan dasar yang lebih baik dari pengembangan sektor pariwisata.
"Jika direncanakan dan dikelola dengan baik, pariwisata dapat
menghasilkan lapangan kerja yang besar dan melipatgandakan pendapatan.
Infrastruktur dasar yang lebih baik dan belanja oleh para pengunjung
dapat menghasilkan dampak ekonomi yang signifikan di daerah-daerah yang
memiliki keterbatasan untuk pemerataan kemakmuran," kata Chaves.
Menurutnya,
bantuan pembiayaan dapat mendukung pembangunan infrastruktur terpadu di
kawasan pariwisata nasional. Investasi proyek pariwisata ini akan
dimulai di tiga tujuan utama yaitu Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat,
segitiga Borobudur-Yogyakarta-Prambanan di Jawa dan Danau Toba di
Sumatera Utara.
Pengembangan kawasan di ketiga destinasi tersebut
diharapkan dapat meningkatkan jumlah pengunjung tahunan menjadi 27,3
juta pada 2041 atau naik signifikan dari 15,3 juta pengunjung pada 2015.
Selain itu, belanja wisatawan tahunan juga diperkirakan meningkat,
menjadi 3,3 miliar dolar AS pada 2041 dari sebelumnya 1,2 miliar dolar
AS pada 2015. Investasi swasta di bidang pariwisata juga
diperkirakan meningkat lebih dari 13 kali lipat, menjadi 421 juta dolar
AS. Berbagai manfaat tambahan dari proyek ini termasuk peningkatan akses
ke sumber air bersih, layanan pengumpulan limbah padat berkelanjutan
dan perbaikan sanitasi yang dapat menguntungkan lebih dari 2,8 juta
orang.
- Hadirkan Produk Baru Berbahan Lokal, QNET Coba Penuhi Kebutuhan Pasar Indoensia
- Gojek - TBS Jalin Kolaborasi, Bangun Ekosistem Kendaraan Listrik Roda Dua di Indonesia
- Minat Warga Beli Rumah Kian Tinggi, Laba BTN Syariah Melonjak 70 Persen
Menurut Yus, rasio ini masih sangat ideal, artinya kemampuan keuangan negara membayar pokok dan bunganya masih cukup bagus. Tapi namaya utang kalau digunakan untuk membiayai investasi tidak seperti membalikkan telapak tangan, perlu waktu dan proses. Contoh pembangunan MRT, satu dua tahun baru selesai. Tapi begitu selesai nilai aset negara dan keuangan negara pasti akan bertambah.
"Yang perlu kita lihat, utang yang besar itu tidak mengganggu keberlangsungan fiskal. Karena itu pengelolaan utang harus akuntabel dan transparan. Bila perlu tiap tahun dicek benar nggak dimanfatkan untuk investasi yang dapat meningkatkan nilai keuangan negara. Jangan sampai terjadi distorsi, masuk ke kantong-kantong yang tak seharusnya. Itu yang bahaya," jelasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Mendag Lepas Ekspor Produk Ikan Sarden di Banyuwangi
- Gandeng Dekranasda, Diskop Dan UKM Jatim Gelar Workshop Usaha Kekinian Untuk Milenial
- Penyebab Matinya Industri Rumahan Karena Marak Barang Impor