Ada sejumlah faktor terkait masih adanya aksi-aksi teror di tanah air. Faktor itu berkenaan dengan masalah kesalahan memahami agama itu sendiri, non keagamaan, dan faktor internasional.
- Densus 88 Tangkap Seorang Terduga Teroris Terafiliasi ISIS
- Soal Penyusup di Kampanye Akbar, CIIA: Tidak Ada, yang Ada Hanya Teroris Jadi-jadian
- Ketua GP Ansor Kabupaten Madiun Dukung Kapolri Waspadai Bangkitnya Teroris
Demikian disampaikan Ketua Umum Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM) Din Syamsuddin dalam acara sarasehan kebangsaan ke-42 DN-PIM bertajuk "Aksi Teror Mengapa Terulang Lagi?" pada Senin (5/3).
"Pertama, ada faktor keagamaan yaitu pemahaman yang salah atau gagal paham terhadap agama, terutama terhadap ayat-ayat kitab suci yang kemudian dipelintir sehingga agama dalam konteks terorisme ini disalahgunakan," ujar Din Syamsuddin dilansir Kantor Berita Politik RMOL.
Oleh karena itu, menurut Din, hampir di semua agama selalu ada kelompok yang menyalahgunakan dan mengatasnamakan agama tertentu untuk tujuan kekerasan bahkan terorisme.
"Dan maaf saya harus katakan, di semua agama selalu ada kelompok yang menyalahgunakan agama untuk tujuan kekerasan atau terorisme," tuturnya.
Kedua, ada juga faktor non agama. Dalam hal ini sosial, ekonomi, politik, yang terutama menyangkut dimensi ketidakadilan. Faktor ini yang sering dijadikan latarbelakang oleh para pelaku teror itu sebagai sebuah pembenaran untuk melakukan aksi teror.
Selanjutnya, dalam banyak tulisan dan penelitian, dan Din Syamsuddin sangat konsen dan intens mengikuti pandangan para pakar, peneliti, tentang terorisme tersebut. Bahwa sejak peristiwa aksi teror di menara kembar Amerika Serikat, disebut ada penghimpitan atau penunggangan aksi-aksi teror itu oleh kelompok-kelompok yang sebenarnya bertujuan politik.
"Saya selalu mengatakan kesalahan fatal dari Presiden AS, Josh W. Bush yang waktu itu didukung oleh Tony Blair, dan juga Australia yaitu melakukan atribusi penisbatan aksi teror terhadap Islam," ungkapnya.
"Kemudian melakukan generalisasi yang sangat berbahaya, seolah-olah seluruh umat Islam adalah radikal dan teroris, dan juga stigmatisasi suatu agama, terutama oleh pers di dunia barat itu. Ini yang kemudian berubah bergeser dan saya mengamati, ada kegamangan di dunia barat sana itu untuk mengidentifikasi siapa kelompok ini," demikian mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah ini.
Turut hadir para pemuka lintas agama dalam acara sarasehan DN-PIM antara lain Pdt Patar Napitupulu dari agama Protestan, Yohanes Handojo dari agama Katolik.
Kemudian, Philips K Widjaya dari agama Budha, KRHT Astono Chandra dari agama Hindu, dan KH Amidhan Shaberah dari Islam dan Uung dari Konghucu.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Densus 88 Tangkap Seorang Terduga Teroris Terafiliasi ISIS
- Soal Penyusup di Kampanye Akbar, CIIA: Tidak Ada, yang Ada Hanya Teroris Jadi-jadian
- Kunjungi Markas Surya Paloh, Din Syamsuddin Puji Konsistensi Nasdem Usung Misi Perubahan