Diplomasi ''Kerajaan di Tengah'' di Era Super Modern

Foto dok
Foto dok

KEKUATAN China (atau RRC) kini sangat diperhitungkan di panggung internasional. Situasi ini berbeda dibanding 50 tahun lalu saat RRC masih enggan terbuka pada masyarakat internasional. Di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping pada 1978, terjadi perubahan besar-besaran di internal RRC. Kebijakan pintu terbuka dan reformasi telah mendorong para pebisnis RRC untuk berekspansi lebih gencar ke negara-negara seluruh dunia. Sejak itu, perdagangan RRC mulai meningkat dan arus investasi dari luar ke RRC mulai terbuka.

Satu dekade berikutnya, meski tetap bertumpu pada kebijakan itu, fakta menunjukkan terjadi dinamika internal elit Beijing. Peristiwa Tiannanmen 1989 menjadi penanda penting. Keterbukaan dan reformasi tidak serta-merta menjadikan mereka benar-benar terbuka pada berbagai gagasan kebebasan, termasuk kebebasan mengkritik elit Beijing. Ada batas-batas kebebasan yang tetap diberlakukan mengingat elit Beijing membutuhkan stabilitas penopang kebijakan pintu terbuka.

Ada struktur mentalitas yang selalu dipegang masyarakat RRC, termasuk elit-elit di Beijing. Bahwa kata ''China'' dalam bahasa Mandarin berarti ''Kerajaan Di Tengah'' (Middle Kingdom).

Sinolog AS, John King Fairbank (1907-1991) yang dirujuk oleh penulis buku ini menyebut, konsepsi sebagai kerajaan di tengah itu telah melekat dalam benak dan sanubari orang-orang China sejak masa purba, kini dan masa mendatang.

Artinya, para pemimpin RRC, baik dari kubu nasionalis maupun kubu komunis sejak berakhirnya Dinasti Qing pada 1911, telah mewarisi pemahaman nenek moyangnya. Bahwa RRC berada di posisi Kerajaan di Tengah. Diantara langit dan negara-negara lain. Walau negara-negara Eropa pernah merangsek masuk ke daratan RRC melalui Perang Opium Pertama pada 1839 sampai 1842, keyakinan sebagai Kerajaan di Tengah itu tetap hidup.

Struktur pemerintahan boleh berubah, dari monarki ke republik di China. Namun, keyakinan nenek moyang mereka yang lekat pada kata ''China'' tetap bertahan. Wujud dari keyakinan itu bisa dilihat pada kebijakan luar-negeri RRC saat ini. Seperti misalnya, penentuan sembilan titik peta yang secara sepihak sejak 1952 diluncurkan kementerian luar negeri RRC yang berakitab melabrak hukum laut internasional. Kenyataannya, kementerian luar negeri RRC tak ambil pusing. Sikap ini bersumber dari keyakinan Kerajaan di Tengah, sedangkan negara-negara lain dianggap berada di bawah dari kerajaan tersebut.

Keyakinan itu pula yang mendorong rasa superioritas RRC terhadap negara-negara lain dalam diplomasi regional. Bagi RRC, gejolak atau dinamika negara-negara tetangga pelan-pelan akan sangat mempengaruhi suasana internal Beijing.

Oleh karena itu, para elit Beijing sejak dahulu kala selalu menerapkan keterampilan asimetris (Asymmetric Statecraft). Maksudnya, RRC harus punya kekuatan superior dan menunjukkan kekuatan itu kepada negara-negara tetangga melalui taktik divide and rule, pecah belah dan kuasai.

Strategi yang juga sohor disebut sebagai devide et impera itu meski telah dipraktekkan pada masa China masih berupa kerajaan, kenyataan kini menunjukkan tetap diterapkan oleh elit-elit Beijing. Belum ada perubahan, hanya cara untuk menerapkan devide et impera itu saja yang berubah, tergantung pada penilaian terhadap kondisi serta situasi negara-negara tetangga RRC.

Buku ini ditulis oleh gurubesar hubungan internasional Universitas Tsinghua, China. Berisi lima bab ditambah pendahuluan dan kesimpulan. Dalam tiap bab, penulis menyajikan bagaimana hubungan RRC dan negara-negara Asia Timur (1955-1965). Kemudian juga ia mengurai dinamika hubungan RRC dengan negara-negara Asia Selatan (1955-1963), lalu hubungan RRC pada negara-negara kawasan Indochina (1962-1975).

Last but not least, RRC memang telah tumbuh menjadi negara adidaya saat ini. Bukan saja secara militer, RRC terus berusaha menandingi kekuatan militer Barat. Namun, yang terpenting adalah upaya RRC untuk menandingi Barat dalam produk-produk teknologi tinggi. Meski, untuk menghasilkan produk-produk ini bersumber dari produk Barat dan belum sepenuhnya memunculkan ide orisinal.

*Penulis adalah akademisi dan periset

ikuti terus update berita rmoljatim di google news