Segala macam manuver yang ditunjukan oleh Novel Baswedan pasca dirinya disebut gagal dalam Test Wawasan Kebangsaan (TWK) menyiratkan dirinya bukan lagi sebagai aparat penegak hukum melainkan aktor politik.
- Novel Baswedan Sebut Jadi Pimpinan KPK Tidak Mudah, Tekanannya Dari Sana Sini
- Temuan Pungli Rutan KPK Jadi Rebutan
- Novel Baswedan Sebaiknya Tonjolkan Hasil Kerja ASN Polri Ketimbang Sibuk Lemahkan KPK
Demikian pandangan pengamat politik Tamil Selvan kepada Kantor Berita Politik RMOL, Sabtu (29/5).
Terakhir, Novel mendatangi Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) guna menggalang dukungan.
“Kita ketahui bersama, road show yang bisa dikatakan politis dilakukan Novel dengan mendatangi kelompok tertentu, terakhir PGI. Ini menunjukan ketidakdewasaan,” kata Tamil.
Tamil menyampaikan tak berlebihan jika kemudian menyebut Novel sebagai aktor politik. Pasalnya, setiap langkah yang dilakukan hanya semata meraih simpati publik, persis apa yang dilakukan oleh seorang politikus pada umumnya.
“Lebih baik Novel masuk ke dalam partai politik lalu berpolitik praktis. Karena sikapnya selama ini tidak mencerminkan profesionalitas sebagai aparat penegak hukum,” tegas Ketua Forum Politik Indonesia (FPI) ini.
Menurut Tamil, jika Novel memang profesional maka segala tuduhan terkait TWK yang dianggap janggal harus dibuktikan, bukan justru membangun opini publik bahwa TWK sengaja didesain untuk menyingkirkan pegawai KPK yang tidak bisa diajak kerjasama.
Disisi lain, Tamil melihat bahwa kelompok Novel Cs ini memang ingin mempertahankan abu-abunya KPK disaat pemerintah berusaha membuatnya profesional dengan mengalihkan seluruh pegawainya menjadi Aparatus Sipil Negara atau ASN.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Novel Baswedan Sebut Jadi Pimpinan KPK Tidak Mudah, Tekanannya Dari Sana Sini
- Temuan Pungli Rutan KPK Jadi Rebutan
- Novel Baswedan Sebaiknya Tonjolkan Hasil Kerja ASN Polri Ketimbang Sibuk Lemahkan KPK