Domain Efektif Dalam Pembelajaran Daring

Samsul Hadi
Samsul Hadi

Pendidikan bertujuan memberikan rasa sadar kepada peserta didik. Selain itu, pendidikan adalah sistem terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada dalam diri mereka.

Jika hari ini, pendidikan hanya menjadi wadah yang serba instan. Maka, hakikat pendidikan itu tidak mampu kita wujudkan. Kebijakan pembelajaran daring saat ini memang bukan sesuatu yang dirancang oleh pemerintah. Pola ini telah berlangsung empat belas bulan akibat pandemi virus corona atau Covid 19.

Akibatnya, segala aktivitas kehidupan kita sehari-hari terganggu, termasuk proses pendidikan, masalah ekonomi, sosial hingga politik.

Sebelum wabah ini merasuki ibu pertiwi, pembelajaran daring sudah diterapkan. Namun, kurung waktunya diselang-seling dengan pembelajaran luar jaringan. Sistem daring sudah memberikan dampak yang sangat merugikan bagi peserta didik.

Menurut data organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan perserikatan bangsa-bangsa atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), hampir 300 juta peserta didik di dunia terganggu disemua tingkatan.

Pembelajaran melalui daring merupakan solusi satu-satunya ditengah pandemi. Namun, faktanya di lapangan pembelajaran daring mulai bersifat formal semata. Ketika tugas hanya menjadi tolak ukur kehadiran tanpa memiliki tujuan mecerdaskan yang termaktub dalam unsur penting dalam pendidikan yaitu afektif, kognitif dan psikomotorik.

Apakah afektif mampu berkembang dengan baik jika peserta didik hanya mengejar absensi semata tidak menamakan sikap sadar dalam menempuh pendidikan. Apakah kognitif mampu terkoneksi dengan baik jika instanisme tertanam di otak mereka, apakah psikomotorik mereka mampu berkembang sesuai harapan jika hanya mengandalkan aplikasi dan jari-jari semata.

Selain itu, kemampuan pendidik dalam memberikan suguhan menarik berbasis teknologi masih terbatas jika hanya mengandalkan WhatsApp mesengger dan classroom. Siswa butuh pembelajaran yang lebih kreatif setiap hari. Sebab, kejenuhan dalam belajar merupakan sesuatu yang wajar terjadi pada peserta didik.

Sehingga, pendidik diharapkan mampu membangun strategi yang lebih jitu demi terciptanya proses pembelajaran menarik. Jangan sampai ini hanya terjadi pada saat pembelajaran tatap muka. Namun, juga terjadi pada pembalajaran daring terlebih lagi kita menghadapi kondisi yang sangat Urgent.

Pembelajaran Daring

Kalau kita bisa membaca tanda-tanda perubahan, sebenarnya pemanfaatan dunia digital bukanlah hal yang baru dan mengagetkan. Beberapa tahun yang lalu, anak muda lulusan kampus ternama dunia, Universitas Harvard, telah merintis dan mencobanya. Melalui inovasinya ini ternyata betul-betul memberi dampak yang luar biasa. Dengan waktu dan biaya yang lebih hemat para pelajar seluruh Indonesia mendapatkan manfaat dari inovasinya. Lembaga Ruang Guru yang diampu oleh anak-anak muda ini terbukti telah menggeliatkan gairah belajar baru melalui media digital. Dengan slogan murah, mudah, manfaat dan ketagihan anak-anak semangat untuk belajar secara on-line.

Dampak inovatif Ruang Guru ini tidak hanya terkait dengan kemudahan belajar, tetapi juga dari sisi jangkauan yang lebih luas dan efesien serta pembiayaan yang lebih efesien. Belajar tidak lagi tergantung pada waktu, tempat, dan bahkan pengajar. Akibat inovasi, Bimbingan Belajar yang diselenggarakan secara konvensional menjadi "bubar".

Inovasi-inovasi seperti Ruang Guru ini kini tidak tunggal. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melaui Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) juga turut mengembangkan model pembelajaran on-line dengan Program Guru Berbagi. Kementerian Agama juga telah mengembangkan pilihan-pilihan pembelajaran on-line dengan pelbagai kemudahan.

Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) secara on-line ini telah memberikan andil signifikan dalam mengatasi sebagian persoalan pendidikan, khususnya di situasi wabah pandemi covid-19 ini. Terkait dengan jarak, tempat, media pembelajaran untuk mendukung pencapaian kurikulum mungkin sebagian besar telah terpenuhi. Bahkan dalam konteks ini mungkin sudah melampaui model-model pembelajaran konvesional tatap muka sebelumnya. Materi bisa diunduh kapan saja dengan ragam pilihan sesuai peminatan siswa. Bahkan siswa secara mandiri juga bisa mengevaluasi penguasaan terhadap materi yang dipelajari. Saya yakin untuk memenuhi kebutuhan kognitif pengetahuan dan sedikit psikomotorik, ini sudah teratasi. 

Satu domain lain yang perlu dipikrkan untuk memenuhi hak peserta didik yaitu ranah afektif. Teknologi secanggih apapun belum bisa memenuhi kebutuhan ini. Di sini kehadiran guru atau pendidik penting untuk mendampingi siswa. 

Guru diharapkan bisa memenuhi ruang kosong ini dengan strategi-strategi yang unik. Saya yakin para guru dengan modal pengalamannya selama ini pasti bisa memberikan nilai afektif, sikap, dan pesan hikmah  terhadap semua materi pelajaran. Sehingga anak didik tidak hanya penuh isi otaknya dengan sejumlah materi pelajaran yang diterimanya tetapi juga terpuaskan dengan pemenuhan batin yang berhasil diinsersikan lewat pelbagai mata pelajaran. 

Guru Tutur,  Guru Tandur, Guru Suwur

Budaya oral atau bicara memang paling dominan dalam proses pembelajaran konvensional. Guru selalu menyiapkan sejumlah rencana pengajaran sebelum memulai mengajar di kelas. Bahkan saking dominannya guru yang berbicara terkadang membuat siswa diam seribu bahasa dari awal hingga akhir pembelajaran. 

Model seperti ini sempat menggelisahkan pakar-pakar pendidikan yang kemudian memunculkan tawaran baru yaitu Model Pembelajaran Aktif (Active Learning) dengan memberikan porsi yang sama antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Model seperti ini sempat disosialisasikan dan dilaksanakan secara masif di lembaga-lembaga pendikan sebagai penyeimbang model pembelajaran yang hanya terpusat pada guru (teacher centered learning).

Dalam model pembelajaran daring mungkin dominasi guru bisa dikurangi karena bisa dibantu oleh teknologi. Gambaran-gambaran visual terhadap materi pembelajaran bisa ditampilkan lebih mengesankan. Guru hanya menambah penjelasan, memberikan ulasan atau keterangan terhadap materi-materi esensial yang diperlukan. Guru menyampaikan pesan lisan dalam konteks ini, masih diperlukan meskipun tidak sedominan seperti pembelajan tatap muka yang biasa dilakukan. 

Cara menyampaikan materi pelajaran dengan sopan, lembut, dan pelbagai ekspresi yang mengesankan ini tentu yang paling diharapkan. Kalimat-kalimat inspiratif penuh hikmah yang dapat memotivasi berpretasi anak didik pasti akan dikenang sepanjang masa. Inilah Guru Tutur yang menyampaikan materi dengan teratur, terukur, serta dengan niat hati yang luhur. Guru seperti ini pasti akan mendapat posisi duwur (tinggi) serta akan menjadi guru idola dan dikenang sepanjang masa.

Domain afektif atau sikap ini tidak hanya ditunjukkan dengan kata-kata seperti kriteria Guru Tutur tadi, tetapi masih butuh usaha-usaha lain agar pesan oral terhadap materi yang diberikan secara daring saat ini memiliki nilai moral spiritual. Guru yang diberi amanah mulia untuk mendidik siswa tidak hanya memenuhi otaknya saja dengan bermacam-macam pengetahuan, tetapi keluhuran guru ini juga mampu menata hati. Inilah Guru Thandur (menanam=bahasa jawa) yang tugasnya menanamkan pelbagai nilai kebaikan agar tumbuh amalan-amalan saleh yang diinginkan menjadi outcome proses pembalajaran. 

Tanaman-tanaman ini tentu perlu terus dirawat, disiram, dan dijauhkan dari pelbagai hama penyakit yang merugikan. 

Dengan media yang tepat dan modern, dengan tutur yang santun dan menyejukkan serta disemaikan dengan niat luhur saja ini belum cukup. Kita para guru butuh mendekat dan berdoa kepada Allah SWT agar ilmu yang kita berikan bermanfaat, tutur-tutur santun terus diingat dan diamalkan serta nilai-nilai kebaikan yang kita tanamkan bisa tumbuh berkembang. Satu lagi yang masih kita perlukan, kita perlu berdoa, berdoa dan berdoa, karena sesungguhnya yang membuka pintu hati dan menggerakkan raga hamba dalam hal ini anak didik untuk melakukan amal kebaikan adalah Allah SWT. Guru Suwur (memanjatkan doa) akan menghantarkan posisi didik ke tempat yang lebih mulia.

Anggota Majelis Pertimbangan MUI Kab. Ngawi, dan Ketua Asosiasi Dosen Kab. Ngawi 2021-2025, Dosen STIT Islamiyah Karya Pembangunan Paron Ngawi

ikuti terus update berita rmoljatim di google news