Rencana pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi jenis Pertalite perlu dipikir ulang. Sebab, dampak serius pada daya beli masyarakat akan terjadi. Termasuk bisa menaikkan laju inflasi yang saat ini sudah di angka 10,47 persen di bidang pangan.
- BBM Naik Lagi, Shell Super Rp 15.380 dan Pertamax Rp 14.000
- BLT BBM Tepat Sasaran, BPKP Awasi dari Tahap Perencanaan hingga Pendistribusian
- Habib Rizieq Tak Ikut Aksi 2309, Ada Apa?
Pengamat politik Jamiluddin Ritonga yakin pengurangan subsidi BBM akan membuat masyarakat marah. Dia berharap pemerintah tidak gegabah dalam mengambil keputusan.
Selain itu, Jamiluddin mengungkit inkonsistensi pemerintah soal harga BBM. Pasalnya saat harga minyak dunia anjlok di masa pandemi Covid-19, pemerintah tidak menurunkan harga BBM rakyat.
“Padahal, sebagian anak bangsa sudah mempertanyakannya, tetap saja pemerintah mengabaikannya,” kata mantan Dekan FIKOM IISIP kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (21/8).
Saat itu, masyarakat juga tetap diam tidak menuntut sekalipun himpitan ekonomi sedang tinggi.
Kini pemerintah dihadapkan pada situasi global serba sulit. Di saat bersamaan harga minyak dunia memang menggila. Pemerintah pun teriak-teriak keuangan negara sudah tidak sanggup menanggungnya.
“Pemerintah di sini seolah seperti berbisnis yang menghitung untung rugi kepada rakyat. Sikap semacam itu tentu sangat memprihatinkan dan tidak seharusnya dilakukan pemerintah,” katanya.
"Jadi, pemerintah sudah seharusnya berpihak kepada rakyat. Sebab, saat rakyat masih terpuruk, pada saat itulah pemerintah harus hadir dan melindungi rakyatnya. Hal itu harus diwujudkan dengan tidak menaikkan harga BBM di kala rakyat masih terpuruk,” demikian Jamiluddin.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Harga Minyak Dunia Capai Rekor Tertinggi Menyusul Memanasnya Timur Tengah
- BBM Naik Lagi, Shell Super Rp 15.380 dan Pertamax Rp 14.000
- BLT BBM Tepat Sasaran, BPKP Awasi dari Tahap Perencanaan hingga Pendistribusian