Ekspedisi Desa Tangguh Bencana BNPB Dimulai Dari Banyuwangi Berakhir di Banten

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) berkunjung ke Gedung Negara Grahadi Surabaya untuk bertemu dengan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sekaligus minta ijin karena rombongan dan tim BNPB akan melakukan serangkaian kegiatan di Kabupaten Banyuwangi.


"Kami ingin mengingatkan kembali ingatan masyarakat supaya tidak lupa sebab peristiwa itu sangat mungkin berulang karena ini peristiwa alam sehingga ada siklusnya atau uang tahunya hanya saja kapan itu kita tidak tahu, makanya perlu senantiasa waspada,” ujar Kepala BNPB Letjen Doni Monardo saat dikonfirmasi Kamis (11/7/2019) malam.

Ekspedisi Destana 2019 ini, lanjut Doni bukan hanya di Banyuwangi tapi meliputi seluruh desa yang ada di wilayah pesisir selatan Pulau Jawa yang berakhir di Provinsi Banten. Daerah-daerah yang pernah terjadi gempa dan tsunami seperti di Pangandaran dan Banten akan menjadi prioritas dari tim ekspedisi BNPB.

"Daerah yang termasuk prioritas bukan hanya dikunjungi tapi juga akan diberikan edukasi kepada penduduk dan sekalian memberikan pola-pola kesiapsiagaan (mitigasi). Sehingga masyarakat tidak perlu takut dan khawatir, yang penting kalau ada kejadian mereka harus tahu bagaimana cara mereka untuk menyelamakan diri,” jelas Doni Monardo.

Dicontohkan, jika ada gempa besar yang dirasakan oleh penduduk sekitar 30 detik maka kurang dari 3 menit tanpa ada peringatan dari alarm atau sirine karena mungkin tidak semua Desa punya fasilitas sirine dan alarm peringatan maka mereka harus segera meninggalkan daerah yang rendah ke tempat yang tingginya sekitar 30 meter.

"Jadi gampang mengingatnya, 30 detik kurang dari 30 menit segera menuju tempat yang ketinggiannya 30 meter,” kata Doni Monardo didampingi Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa.

Ia mengakui praktek di lapangan banyak ditemui kendala, sebab tidak semua desa memiliki bukit yang tinggi. Karena itu kami mengajak masyarakat untuk melihat apa yang ada di sekitar pesisir yang dapat dimanfaatkan. Mengingat, kecepatan air saat terjadi tsunami bisa hitungannya kurang dari 10 menit untuk mencapai pemukiman penduduk.

Makanya kita sampaikan jika ada pohon yang besar hendaknya disiapkan tangga atau tali disitu sehingga sewaktu-waktu terjadi tsunawi masyarakat sudah bisa terlatih.

"Kami juga akan mengajak masyarakat supaya jangan melakukan tindakan yang dapat merusak ekosistem. Terutama manggrov sebab itu bisa menjadi benteng perlindungan masyarakat dari tsunami,” bebernya.

Disisi lain, pihaknya juga mengajak masyarakat pesisir untuk mulai memperbanyak vegetasi (tanaman) yang umurnya bisa ratusan tahun dan diameter batangnya bisa sampai 1-2 meter bahkan ketinggian pohonnya bisa mencapai 30 meter lebih.

"Jadi kalau mulai sekarang harus sudah dirancang sebab kita tidak tahu kapan datangnya musibah itu. Ini juga sama dengan menyiapkan generasi yang akan datang supaya selamat,” imbuhnya.

BNPB dalam ekspedisi desatana juga akan melibatkan semua pihak termasuk para ulama, tokoh masyarakat dan budayawan untuk menggali potensi-potensi daerah sebab setiap daerah tidak sama sehingga pendekatan-pendekatan ini kita harapkan efektif dan bisa membuat masyarakat sadar.[bdp]

ikuti terus update berita rmoljatim di google news