Elektabilitas Jeblok, Prabowo Bisa Terpental Dari Deretan Capres 2024

Elektabilitas Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto masih diminati masyarakat Indonesia. Namun elektabilitas Menteri Pertahanan itu mengalami penurunan signifikan.


Menurut Survei Indikator Politik Indonesia, dari Februari lalu Prabowo berada di angka 22,2 persen dan menjadi 14,1 persen.

Menanggapi hal ini, pengamat politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam mengatakan, hasil survei Indikator mengindikasikan bahwa Prabowo tidak mampu mengkapitalisasi posisinya sebagai Menteri Pertahanan secara optimal.

Ia mengatakan, dengan menjabat sebagai Menhan, seharusnya Prabowo dapat meningkatkan elektabilitasnya. Apalagi di tengah pandemik virus corona baru (Covid-19) yang saat ini membuat masyarakat menyort kinerja seluruh unsur pemerintah.

"Meski Prabowo punya "public office" tapi itu tidak jaminan elektabilitasnya terjaga. Karena "public office" yang ia tempati itu, tidak membuatnya bisa meng-exercise otoritas dan kewenangannya dalam kebijakan publik yang terkait dengan kehidupan masyarakat sehari-hari di tengah pandemik," kata Umam dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (9/6).

Pria yang juga Direktur Paramadina Public Policy Institute ini memprediksi, jika Prabowo tidak bisa mengantisipasi tren tersebut, maka bisa saja namanya akan terpental dari deretan sosok potensial yang memenangkan kontestasi pemilihan presiden 2024 mendatang.

"Jika Prabowo tidak bisa mengantisipasi tren tersebut, namanya berpotensi tenggelam dan terpental dari posisi nomor wahid dalam sejumlah survei elektabilitas Pilpres 2024. Sebab, dengan penurunan sekitar 8 persen, elektabilitas Prabowo sebenarnya sudah berada di kelas yang sama dengan Ganjar dan Anies," ujar Umam.

Lebih lanjut Umam menganalisa, perbedaan perolehan hasil survei Prabowo tidak jauh berbeda dengan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo dan Gubernur Jakara Anies Baswedan, yang berada di atas 10 persen.

"Meskipun secara prosentase berbeda, tapi elektabilitas mereka tidak terpaut jauh mengingat margin of error dari survei ini berkisar +-2,9 persen. Artinya, dalam rentang naik turunnya margin of error +-2,9 persen tersebut, elektabilitas mereka tidak jauh berbeda" demikian analisa Doktor Lulusan Universitas of Queensland Australia ini.


ikuti terus update berita rmoljatim di google news