Emak-emak Berebut Cabai Murah Di Kediri

Harga cabai melambung. Tim Pengendali Inflansi Daerah (TPID) Kota Kediri Jawa Timur, Senin (15/7) menggelar operasi pasar. Operasi pasar digelar serentak di tiga lokasi, diantaranya di Jalan Raya Lingkar Taman Sekartaji, di depan Taman Makam Pahlawan dan di area Lapangan Gajah Mada Kecamatan Pesantren Kota Kediri.


Pantauan Kantor Berita , warga yang mendapat informasi terkait penjualan cabai murah, berbondong bondong mendatangi operasi pasar.

Dalam operasi pasar murni kali ini, TPID tidak hanya menjual komoditas cabai melainkan juga kebutuhan pokok lainya seperti beras, gula, minyak, telur dan terigu. Dan, komoditas cabai menjadi prioritas utama ibu rumah tangga (emak-emak).

Menurut Wakil Kepala Sub Drive Bulog (Badan Urusan Logistik) Kediri Deni kurniawan operasi pasar murni yang dilaksanakan pada hari ini merupakan tindak lanjut dari rapat TPID. Bulog kemudian menindak lanjutinya dengan pelaksanaan operasi pasar murni.

Penjualan kali ini lebih difokuskan pada komoditas cabai yang harganya terus merangkak naik.

"Kita fokusnya di cabai sekarang. Cabai sampai tembus Rp 60 ribu. Jadi kita jual cabai rawit Rp 48 per kg disini," terangnya.

Deni menjelaskan, pasokan cabai ini didapat dari Bank Indonesia, diambil langsung dari klaster petani binaan. Setiap titik satu tempat operasi pasar, mendapat jatah droping 10 kilo gram cabai.
 
"Kita dapat drop dari Bank Indonesia 10 kg. Kalau titik lain saya kurang tahu. Karena kordinatornya untuk cabai itu Bank Indonesia," urainya.

Pelaksanaan operasi pasar murni ini rencananya akan terus diintensifkan hingga nantinya diharapkan mampu menekan harga cabe dipasaran.

Karena tingginya permintaan masyarakat terhadap komoditas jenis cabai, pihak TPID terpaksa memberikan batasan pembelian kepada konsumen. Setiap konsumen diperkenankan hanya membeli maksimal 1 kilo gram.

Kenaikan harga cabai puncaknya terjadi sekitar dua minggu lalu. Faktor Kenaikan harga cabai tidak lepas dari pengaruh musim kemarau. Dampaknya berpengaruh terhadap lambanya pertumbuhan tanaman cabai, sehingga hasil produksi turun.

"Puncaknya di dua minggu yang lalu, Kalau saya diskusi dengan petani itu, musim kering paceklik," ungkapnya.

Karena jumlah ketersediaan cabai yang dibawa hanya 10 kilo, hal ini tidak sebanding dengan ekspetasi masyarakat yang cukup tinggi terhadap kebutuhan cabai. Akibatnya ada sejumlah konsumen yang terpaksa harus pulang lantaran tidak kebagian pembelian cabai.
 
Menurut Deni, agar penjualan cabai terdistribusi merata ke konsumen, pihaknya akan mengurangi jatah maksimum pembelian. Misalnya jika sebelumnya konsumen diijinkan membeli cabai dalam jumlah satu kilogram, nantinya akan dikurangi menjadi setengah kilo atau seperempat kilo gram saja.[ndik/aji]

 

ikuti terus update berita rmoljatim di google news