Faktor cuaca masih jadi kendala dalam proses evakuasi jenazah Pratu Miftahul Arifin yang gugur saat bertugas melawan kelompok kriminal bersenjata di Nduga, Papua.
- 118 Prajurit TNI Diberangkatkan ke Australia Ikuti Latgabma Talisman Sabre 2023
- Prajurit TNI yang Terlibat Jual Beli Senpi dan Amunisi Bisa Dihukum Mati
- Prajurit TNI Gugur Lagi di Papua, AHY: Mana Janji Pemerintah Hadirkan Kedamaian?
Kepala Staf Umum (Kasum) TNI, Letjen Bambang Ismawan menyebut kondisi cuaca dapat cepat berubah, semisal dari panas ke berkabut.
"Memang pertama cuaca di sana tidak menentu, kadang satu hari hanya dua jam cerah, habis itu kabut," ujar Bambang kepada wartawan di Monas, Jakarta Pusat, Senin (17/4).
Cuaca yang tak menentu dikhawatirkan membuat jarak pandang awak helikopter saat mengevakuasi korban menjadi tidak maksimal.
Di samping itu, medan tempat jenazah ditemukan tidak datar atau dalam posisi baik.
"Pengambilan jenazah helikopter kita kan tidak bisa langsung merapat, karena di samping cuaca medannya juga tidak datar, itu kendala utama," kata Bambang diberitakan Kantor Berita Politik RMOL.
Pratu Miftahul Arifin dinyatakan meninggal dunia saat bertempur melawan KKBdi Nduga, Papua.
Arifin bersama tim, saat itu sedang melalukan proses pencarian pilot Susi Air Capt Philips Mark Merthen yang disandera oleh KKB.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- TNI-Polri Temukan 13 Jenazah Korban Kebrutalan KKB di Yahukimo
- Anggota Polisi Tewas Ditembak KKB Papua
- Orang Kepercayaan Egianus Kogoya Ditangkap Tim Gabungan Di Nduga