Gus Yahya: NU Hadir Menjawab Kebingungan Peradaban Umat Islam Pasca Keruntuhan Turki Utsmani

Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf/RMOLJatim
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf/RMOLJatim

Rasulullah Muhammad SAW hadir dengan membawa visi untuk membangun peradaban dari wahyu-wahyu yang disampaikannya kepada manusia. Karena itu, peradaban Islam sudah mulai terbangun sejak zaman Rasulullah.


Demikian disampaikan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Tsaquf alias Gus Yahya saat menjadi keynote speech dalam Simposium Peradaban NU, di Keraton Sumenep, Sabtu (5/3).

“Ketika Rasul melaksanakan perjuangan dalam bergulat memikul risalah kita akan menyaksikan bahwa seluruh perjuangannya sesungguhnya adalah merintis suatu peradaban,” ujarnya dikutip Kantor Berita RMOL Jatim.

Hal ini, kata Gus Yahya, karena Rasulullah tidak hanya memperkenalkan nilai-nilai, melainkan juga membangun struktur masyarakat agar dapat diterapkan di kehidupan masyarakat itu sendiri.

Gus Yahya menjelaskan, peradaban merupakan suatu komposisi dari beberapa elemen yang kompleks seperti nilai-nilai, budaya, sampai pada tatanan sosial politik yang mengatur tatanan kehidupan masyarakat.

“Oleh sebab itu, dalam bahasa Inggris peradaban disebut civilization karena menyangkut sipil yang artinya masyarakat,” kata Gus Yahya.

Setelah zaman Rasulullah, peradaban Islam sempat mentereng saat zaman Turki Utsmani namun akhirnya jatuh pada Perang Dunia I setelah perang melawan Eropa yang mengakibatkan umat Islam merasakan kebimbangan yang sangat mendalam.

“Merespons hal tersebut, KH Wahab Hasbullah yang sempat berada di Mekkah saat ketegangan terjadi merasakan betul dinamika yang terjadi pada umat Islam. Sehingga Kiai Wahab bersikeras untuk membuat Komite Hijaz dengan tujuan mengetahui kemampuan Kerajaan Saudi dalam menggantikan Turki Utsmani,” jelas Gus Yahya.

Gus Yahya menambahkan, sepulang dari Mekkah Kiai Wahab mengusulkan kepada gurunya yaitu KH Hasyim Asy’ari untuk mendirikan organisasi baru yang menghimpun para ulama karena Kerajaan Saudi tidak punya kapasitas menggantikan kosntruksi peradaban Turki Utsmani.

“Jika tidak ada yang menggantikan, seluruh umat Islam akan mengalami kebingungan peradaban. Dalam keadaan yang bingung ini, tidak ada yang lebih bertanggung jawab untuk memberikan jalan keluar selain ulama,” tambahnya.

Sehingga terbentuklah Nahdlatul Ulama yang merupakan organisasinya para ulama sebagai jawaban atas lahir kembali peradaban Islam.

“Itu sebabnya organisasi yang didirikan adalah organisasinya ulama yang diberi nama Nahdlatul Ulama dan gambarnya jagat karena yang bingung adalah orang sedunia. Maka mandat kita adalah mandat global,” pungkasnya.

Simposium yang digelar PWNU Jatim kerjasama dengan PCNU Sumenep ini dihadiri tiga narasumber, yaitu Pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah KH Azaim Ibrahimy, Ketua ISNU Jatim Prof Dr Mas’ud Said, Budayawan nasional KH D Zawawi Imran.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news