RMOLBanten. Sejumlah wisatawan lokal yang menghabiskan waktu liburannya di kawasan wisata bahari Anyer mengaku kapok, dan tidak akan datang lagi ke Anyer.
- Candi Borobudur Dikunjungi 1,4 Juta Wisatawan Sepanjang 2023
- Semarang Zoo Mulai Dibanjiri Pengunjung, Manajemen Perketat Prokes
- Konsep Pengembangan Kawasan Ampel dan Sontoh Laut Made.01 Dipamerkan di Balai Pemuda, Catat Tanggalnya
Pasalnya, antara harga awal saat memesan makanan dengan harga yang harus dibayar ada perbedaan yang sangat jauh.
"Sebelum saya pesan, harga mie instan pakai telur Rp13 ribu per porsi, setelah selesai dan mau dibayar naik menjadi Rp15 ribu," katanya.
Ia mengakui, prinsip bertanya harga sebelum memesannya terpaksa dilakukan, menginggat para pedagang yang ada kerap semena-mena mematok harga makanan dan minuman kepada wisatawan.
"Tidak ada menu harganya. Makanya, sebelum memesan saya tanyakan harga dulu. Ditambah lagi informasi dari teman-teman dan saudara saya yang datang selalu seperti itu," ujarnya.
Ia menjelaskan, makanan dan minuman yang telah dikonsumsinya tidak bisa dikembalikan lagi ketika sudah masuk perut.
"Sebenarnya kalau perbedaan harga hanya 10 persen atau lebih dari harga normal, itu tidak akan menjadi masalah. Tetapi kalau sudah 100 persen atau harganya berubah naik hanya dalam waktu satu jam, itu kan sudah kelewatan. Kita ingin membatalkan pembelian, tetapi makanan dan minumannya sudah kita makan. Jadi terpaksa harus membayarnya walaupun harganya memberatkan," ujarnya.
Senada diungkapkan Dimas, warga Serang. Menurutnya, mahalnya harga makanan dan minuman di kawawan Pantai Anyer beberapa tahun silam pernah terjadi.
"Aneh, walaupun kejadian viralnya wisatawan dari luar Banten pernah terjadi, tetapi tampaknya tidak ada perubahan dari pedagangnya. Mereka harusnya memberikan kenyamanan kepada para wisatawan, sehingga Anyer lebih ramai lagi," ungkapnya.
Dimas juga mempertanyakan peran Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) serta pengelola wisata agar. Dia meminta PHRI dan pengelola kawasan wisata tidak semena-sema mematok harga makanan dan minuman.
"Yang lebih aneh lagi, kemana peran pemerintahnya, pusat, provinsi maupun kabupaten dan kota di Banten. Apakah tidak ada pembinaan kepada mereka )pedagang, red). Saya masih binggung dengan semua ini. Sepertinya pihak-pihak terkait membiarkan hal ini terjadi," ungkapnya.[mor]
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Wali Kota Mojokerto Audiensi dengan Menparekraf RI, Paparkan Rencana Pembangunan Taman Bahari Mojopahit
- Sejumlah Paket Wisata Disediakan Pemkot Surabaya, Terbaru Bakal ada Jeep Tour Keliling Kota Lama
- Plataran Kampung Korea Kembali Dibuka