Hari Raya Idul Adha tinggal sepekan lagi ditengah merebaknya Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Pengasuh Pondok Pesantren Langitan Tuban KH Maksum Faqih alias Gus Maksum memaparkan pandangan.
- Momentum Idul Adha, Direktur RSUD Dolopo Madiun Bagikan Daging Kurban ke Pasien
- Hari Raya Idul Adha Partai Demokrat Jatim Potong 15 Ekor Sapi dan Kambing
- Rayakan Idul Adha 1445 H, PDAM Surya Sembada Surabaya Potong 12 Ekor Sapi Kurban
Gus Maksum mengatakan dalam pandangan sisi fikih sangat luas dan sederhana. Menurutnya, tidak perlu sampai membahas terlalu dalam terkait dengan apa syarat dan syarat wajibnya.
“Yang penting kita ini punya niat. Kalau niat berkorban ya sudah kita laksanakan kalau tidak ya kita tunda tahun depan kita berkorban,” ujarnya dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Minggu (3/7).
Gus Maksum menuturkan, untuk berkorban itu sebenarnya sangat simpel sekali. Siapapun umat Islam yang ingin berkurban bagian dari niat melakukan sunah, mengikuti apa yang diajarkan Rasulullah dengan syarat terpenting adalah mampu membeli hewan kurban.
Terkait merabaknya PMK, menurut dia, perlu tahu dulu seberapa berbahayanya hewan yang kena penyakit itu untuk dikonsumsi manusia.
“Saya pikir, seharusnya ya juga bisa dihindari karena kita bisa memilih,” tegasnya.
Masih Gus Maksum, umat Islam yang ingin berkorban hendaknya bisa melihat hewan sehat dan hewan yang tidak sehat.
“Saya kira bisa memilih binatang yang sehat untuk kita jadikan hewan korban. Bagi saya sangat simpel kalau memang hewan yang akan kita korbankan untuk sapi kita ragu atau kita was-was ya bolehlah kita dengan hewan yang lain seperti kambing di mana itu lebih maslakhah, buat kita pun tenang buat yang kita berikan kepada orang-orang yang kita beri daging kurbannya juga tenang,” paparnya.
Menurut dia, hakikat dalam berkorban adalah memberikan sesuatu untuk sesama umat muslim.
“Jadi tidak perlu kita besar-besarkan terkait dengan isu yang menakut-nakuti. Isu yang membuat seolah-olah ini menjadi bagian dari narasi untuk menakut-nakuti orang untuk berkorban," ujarnya.
"Jadi korban itu bagian dari sunah bukan bagian dari syarat wajibnya. kita bisa alihkan ke Shodakoh yang lain. Kalau memang kita sudah pernah berkurban tahun kemarin ya sudah tidak apa-apa kita tidak harus memaksakan diri," imbubnya.
Gus Maksum menambahkan, sesuatu yang dipaksakan malah jadinya tidak lebih baik. Menanggapi isu yang berkembang, ia menegaskan, “kita sederhana saja hindari yang kira-kira membahayakan ambil yang kira kira itu aman.”
"Tidak usah kita membesar-besarkan, menakut-nakuti, justru saat kita menakutilah akan menjadi sebuah dosa besar bagi orang yang menyuarakan atau menarasikan seolah-olah itu berkurban hari ini bagian dari penyebaran penyakit," pungkasnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Kondisi Ekonomi yang Tidak Menentu dan Biaya Wisuda: Beban Tambahan bagi Masyarakat Menjelang Lebaran
- 15 Pasar Hewan di Lamongan Kembali Dibuka, Ini Syarat Hewan yang Boleh Dijual
- Sumardi Dorong OPD Pemprov Jatim Maksimalkan Pelayanan Meski Ada Efisiensi Anggaran