Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pertama di ujung timur Pulau Jawa adalah Universitas Jember ( Unej), kini sudah berusia 59 tahun. Meski demikian tidak banyak yang tahu, bahwa sebelum memiliki nama resmi Unej ada 3 usulan nama untuk nama kampus Tegal boto ini. Saat resmi berdiri, kampus memakai ejaan lama Universitas Djember disingkat Uned.
- Fraksi Gerindra Minta Pemprov Perhatikan Kesejahteraan Guru
- Buru Aset BLBI, Sri Mulyani Jadi Menteri Terbaik Versi Survei Indikator
- IPW Berjejaring dengan DPC Peradi Pergerakan di Jatim
Demikian terungkap dalam peluncuran buku sejarah perkembangan universitas Jember, dengan judul "Menyemai Kampus Kebangsaan, Menelisik Universitas Jember Periode 1957-2023" di gedung Auditorium dalam peringatan Dies Natalis ke 59 Universitas Jember, Kamis (30/11) pekan lalu. Dengan ketua tim penulis buku Prof. Nawiyanto dari Fakultas Ilmu Budaya.
Buku tersebut memaparkan sejarah bagaimana PTN di ujung Pulau Jawa ini lahir, berkembang hingga mencetak beragam prestasi seperti saat ini.
Oleh karena itu banyak pelajaran yang bisa diambil oleh generasi penerus, mulai dari semangat pantang menyerah dan bekerja keras seperti yang dicontohkan tiga serangkai perintis Universitas Jember, dr. R. Achmad Joedoleksono, R. Th. Soengedi dan R. Mas Soerachman.
Banyak cerita dan fakta menarik di balik pendirian Universitas Jember. Kemungkinan generasi muda saat ini tidak tahu, jika sebelum menyandang nama Universitas Jember, ada beberapa nama alternatif untuk calon perguruan tinggi negeri di ujung timur pulau Jawa ini. Sedikitnya ada tiga usulan nama yang saat itu diusulkan kepada pemerintah.
"Ada yang mengusulkan nama Universitas Djoko Thole, Universitas Damar Wulan atau memakai nama Universitas Tawang Alun saja. Namun usulan nama-nama tadi ditolak oleh Bung Karno, presiden saat itu," terang ketua tim penulis buku, Prof. Nawiyanto, dikutip Kantor Berita RMOLJatim, Kamis (7/12).
Karena beberapa nama itu ditolak, akhirnya Letkol. Soedi Harjohoedojo yang saat itu menjadi direktur PT Perkebunan mengusulkan nama "Djember" sebagai nama perguruan tinggi negeri di Jember. Sebab, dia memberikan alasan yang kuat dan diterima Presiden Soekarno. Bahkan dalam perjalan historis, Letkol. Soedi Harjohoedojo, diangkat menjadi rektor ketiga universitas Jember.
"Nama Jember patut ditahbiskan sebagai nama perguruan tinggi mengingat nama Jember sudah mendunia berkat komoditas perkebunannya seperti tembakau, karet, coklat dan lainnya," katanya menirukan alasan Letkol. Soedi Harjohoedojo.
Karena itulah, lanjut dia, nama Universitas Negeri Djember (UNED), akhirnya disepakati. Bahkan produk perkebunan dan pertanian turut menghiasi lambang Universitas Jember.
Seiring perkembangan Unej, juga perlu diciptakan simbol-simbol atau lambang Universitas Jember hingga penciptaan lagu seperti Mars dan Hymne Universitas Jember.
Namun sejarah tak hanya tentang orang besar, sebab banyak tokoh kecil yang justru jasanya tak kalah besar. Sebagai contoh, mungkin tak banyak yang tahu siapa pencipta lambang Universitas Jember? Pada saat menggali data dan informasi, tim penyusun mendapat informasi dari mantan Kepala Humas Universitas Jember, Imam Soebagio, jika pencipta lambang Universitas Jember adalah Ketut Sugama. Informasi ini diketahuinya sebab di tahun 1964 ada seminar nasional di Universitas Djember dan membutuhkan spanduk yang kala itu harus dilukis di kain bagor.
“Di tahun 1964 kebetulan saya sudah bekerja di UNED. Dan Pak Ketut Sugama yang dikenal pintar melukis diminta membuat spanduk kegiatan sekaligus lambang UNED," jelas Imam Subagio kepada Tim penyusun buku.
Terbukti dikemudian hari Pak Ketut lantas terkenal sebagai pelukis Jember yang juga mendirikan sanggar pelukis cilik bagi anak-anak Jember.
Informasi ini lantas ditelusuri oleh tim penyusun kepada keluarga almarhum Ketut Sugama. Ternyata informasi ini dibenarkan oleh putri keduanya, Made Dianawati Ayakrawati.
"Memang Ayahanda kami pernah bercerita jika lambang Universitas Jember tersebut diciptakannya semasa menjadi mahasiswa. Namun sayangnya beliau tak pernah bercerita mengenai serba serbi di balik penciptaan lambang tadi," ujar Made Dianawati yang kini membesarkan galeri peninggalan Ketut Sugama.
Kisah serupa juga disampaikan oleh Winardyasto Harikirono, putra almarhum Prof. Gunawan Hupoyo yang menciptakan hymne Universitas Jember bersama mendiang Soejono Soewondo. Menurut pria yang juga wartawan di sebuah koran di Jember ini, menjelaskan sang bapak memang dikenal sebagai pecinta musik, khususnya keroncong. Bahkan Pak Gun, begitu biasa dipanggil ikut aktif di grup keroncong di Jember yang rutin tampil di RRI Jember.
Maka tak heran jika Prof. Gunawan Hupoyo turut aktif terlibat dalam penciptaan hymne Universitas Jember. Sayangnya dirinya juga tak banyak tahu mengenai kisah di belakang penciptaan lagu yang selalu dinyanyikan di setiap kegiatan resmi di Kampus Tegalboto itu. Pasalnya sang bapak tak pernah bercerita mengenai hal ini.
“Cuman almarhum Bapak berpesan, jika punya hobi harus ditekuni sebab hobi bisa menjadi cuan,” ungkap Win yang juga suka berkesenian seperti main film, fotografi termasuk tampil di stand-up comedy juga.
Oleh karena itu, guna memberikan apresiasi kepada perintis, pengembang, pencipta lambang, lagu hymne, dan mars Universitas Jember, panitia turut mengundang perwakilan keluarga untuk menerima secara simbolis buku “Menyemai Kampus Kebangsaan, Menelisik Universitas Jember Periode 1957-2023”.
Menurut Rektor Universitas Jember, Dr. Iwan Taruna, tujuannya agar tali silaturahmi antara keluarga perintis dan pengembang Universitas Jember selalu terjalin dengan Universitas Jember.
"Agar generasi muda Universitas Jember bisa belajar dari keteladanan para pendahulu," ucap Iwan Taruna.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Cerita Inspiratif Dirut LKBN Antara di Tegalboto Memanggil 3 Unej
- Sekjen Golkar, Sarmuji Kembali Jadi Ketum Keluarga Alumni Universitas Jember
- Tingkah Konyol Calon Mahasiswa SNBT 2024 Universitas Jember, Ada yang Tidur Pulas Hingga Aksi Corat Coret Saat Ujian