Indikasi Presiden Joko Widodo sedang pecah kongsi politik dengan Ketua Umum PDI Perjuangan akhir-akhir ini semakin menguat. Terbaru, dalam acara puncak Bulan Bung Karno di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) Sabtu (24-6) lalu, Jokowi tidak satupun mengunggah foto agenda konsolidasi akbar PDI Perjuangan .
- Bertemu Sespimmen Polri di Solo, Ada Upaya Jokowi Ingin jadi Pusat Perbincangan Publik
- Jokowi Dinilai Sedang Mengatur Skenario Gibran Capres 2029
- Beda Prabowo-Jokowi, Satunya Tak Pakai Buzzer Satunya Gunakan Buzzer
Pengamat politik Universitas Nasional (Unas) Andi Yusran menganalisa, fenomena pecah kongsi antara Jokowi dengan Megawat diindikasikan oleh perilaku politik orang nomor satu di Indonesia itu dalam meng-endorse Prabowo sebagai calon presiden.
Penjelasannya, kata Andi, pertama; dari perspektif realis yakni Jokowi tentu memilikii kepentingan politik kekuasaan pasca dirinya lengser kelak. Artinya, Jokowii perlu membangun dinasti dari trah-nya, Gibran, Kaesang dan Bobby.
"(Jokowi) perlu mendapat dukungan patron dari presiden baru pengganti Jokowi. Dan itu paling mungkin Jokowi dapatkan pada diri Prabowo," jelas Andi Yusran kepada Kantor Berita Politik RMOL, Rabu (5/7).
Faktor kedua, dari perspektif ekonomi politik. Tidak bisa dipungkiri bahwa Jokowi, keluarga dan kelompok kepentingan yang mengitarinya butuh kepastian akan keberlangsungan bisnisnya kelak. Tujuannya, untuk mengakomodasi kepentingan ekonomi-bisnis tersebut.
"Jokowi tentu butuh capres yang akomodatif, dan itu paling mungkin dinegosiasikan dengan Prabowo dan tidak kepada Ganjar yang sudah terlanjur membuat 'kontrak politik' dengan PDIP," pungkas Direktur Eksekutif Lanskap Politik Indonesia (LPI) itu.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Bertemu Sespimmen Polri di Solo, Ada Upaya Jokowi Ingin jadi Pusat Perbincangan Publik
- Kesepakatan Politik Antara Prabowo-Megawati Bukan soal Hasto
- Jokowi Dinilai Sedang Mengatur Skenario Gibran Capres 2029