Keberanian China melawan kebijakan tarif Amerika Serikat (AS) merupakan hasil dari membangun fondasi ekonomi sejak lama.
- Kebijakan Tarif Impor Trump Lebih Dahsyat dari Krisis 1998
- Mengemis ke Trump Sama Saja Penghinaan, Saatnya Dunia Bersatu Melawan Kebijakan Tarif Impor
- AS Terus Tambah Tarif Impor Trump untuk China Hingga 145 Persen
Demikian dikatakan Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Prof Rhenald Kasali dikutip dari kanal YouTube miliknya, Minggu, 13 April 2025.
“Keberanian China menghadapi Amerika barangkali suatu ketika akan hadir juga di sini (Indonesia) kalau kita sudah selesaikan PR kita," ujar Rhenald sebagaimana dimuat RMOL.
Saat negara lain memilih jalur negosiasi untuk menghadapi AS, China justru memilih melakukan retaliasi atau tindakan balasan.
Diketahui Donald Trump, menerapkan tarif impor hingga 145 persen terhadap produk-produk asal China. Langkah itu langsung dibalas China dengan tarif balasan sebesar 125 persen terhadap barang-barang AS.
Ketika ekspor dibatasi, China merespons dengan melarang pembelian produk-produk penting dari AS. Langkah ini menunjukkan bahwa China tidak gentar menghadapi sanksi karena mereka sudah siap, baik dari sisi infrastruktur, teknologi, maupun diversifikasi pasar.
“Mereka punya hubungan dengan berbagai negara dari Afrika, negara Asia, kemudian juga dengan negara Amerika Latin dan Eropa," jelas Rhenald.
Di sisi lain, Rhenald mengkritik kondisi dalam negeri. Menurutnya, Indonesia belum menyelesaikan PR-nya sendiri. Ada beberapa masalah mendasar seperti korupsi, premanisme, birokrasi perdagangan yang rumit, politisasi hukum, hingga penerapan tarif diskriminatif.
"Tetapi hari ini memang pilihan kita hanya dua, retaliasi atau balas dendam, yang kedua adalah bagaimana kita melakukan negosiasi," tutupnya.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Ini Penyebab Harga Emas Terus Naik
- Kebijakan Tarif Impor Trump Lebih Dahsyat dari Krisis 1998
- Jika Prabowo Evakuasi Warga Palestina Sama Saja Memuluskan Rencana Jahat Trump dan Netanyahu