Indonesia Tiga Bulan Ke Depan

Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net

SATU September 2021, ketika artikel ulasan ini mulai ditulis bayangan akan Indonesia menuju kecerahannya semakin pudar dan memendar berbagai rintangan yang mengharu-biru rasa di relung nurani ini.

Friksi akibat kepura-puraan para pemimpin politik dan massa yang menebal sejak lima tahun lalu dan hampir mengkristal sepanjang dua tahun terakhir ini akan menjadi bumerang pada kehidupan berbangsa dan bernegara.

Persimpangan jalan warna politik dalam negeri Indonesia akan terlihat antara jelang akhir September hingga awal November. Hal ini mungkin langsung atau tidak langsung akibat adanya skandal konspirasi yang saling bertabrakan diantara para koalisan terkait gejolak yang timbul di masyarakat. 

Gejolak ekonomi dunia akan menggerus cadangan devisa secara signifikan sehingga dampak resesi sesungguhnya dapat muncul pada periode ini. Diprediksi  awal dan pertengahan November. Namun bila dana segar pinjaman besar masuk maka peluang menahan sementara masih bisa.

Beban politik yang terjadi sebelumnya akan menambah berat kepemimpinan penggantinya, namun diperkirakan 'darurat negara' akan meminimalisir guncangan amarah rakyat akibat meledaknya 'bom waktu koruptif' selama masa presiden ke tujuh. Penyengsaraan yang sistematis akibat kebijakan sentralisme kekuasaan.

Tinjauan analisa ini juga memakai referensi kehadiran para ketua umum partai koalisi di Istana yang memperlihatkan 'aman bicara tak jujur' karena lebih sulit menghadapi penguasa bayangan daripada aslinya. Kelelahan mengkoreksi dan mengkritik langkah keliru bernafas otoriter.

Analisis politik dan sosial serta ekonomi terhadap masa kwartal akhir tahun berjalan adalah suatu kewajaran, dan kiranya bangsa Indonesia perlu menilik pada tiga negara Malaysia, Amerika dan Tiongkok yang sepanjang waktu mewarnai atmosfer saling silang opini dan fakta di ruang media sosial warga Indonesia. 

Malaysia menarik karena sebagai bangsa serumpun, apa yang terjadi dalam peta perpolitikan di sana dengan sikap nasionalis kebangsaan para tokoh pemimpin dan kaum politikusnya yang tampak lebih matang dan dewasa ketimbang sosok setara yang ada di Indonesia. Mundurnya Perdana Menteri Malaysia menjadi contoh kematangan dan kedewasaan itu.

Sementara Amerika selalu terasa kehadirannya ketika krisis politik cenderung memanas apalagi latihan militer besar-besaran di awal Agustus lalu menjadi isu yang menarik meski publikasinya tak begitu luas. Anti Amerika cenderung karena masalah di Timur Tengah dan bagian dunia lainnya. 

Berbeda dengan Tiongkok yang terkesan agresif menyerang kehidupan dunia bisnis di Indonesia dengan arus TKA nya yang membuat kecurigaan berbagai kalangan di Indonesia apalagi ideologi komunisnya yang mewarnai politik kelam masa lalu masih membekas di hati rakyat yang terkait.

Yang terakhir tapi tidak kalah penting adalah fakta di tengah cara penanganan dan kebijakan berkualitas rendah terhadap politik, korupsi serta keadilan atas perikehidupan rakyat yang bersih dan sehat termasuk mengelola manajemen pandemi Covid-19 ini. 

Maka isu kepemimpinan tiga periode hanyalah upaya pengalihan atas kondisi buruk di balik kepemimpinan nasional saat ini yang berbalut dukungan semu karena tak ingin bahkan tak berani bersuara jujur. Jadi rakyat tak perlu hiraukan juga dan kita lihat bagaimana Indonesia tiga bulan ke depan.

Adian Radiatus

Pemerhati masalah sosial dan politik

ikuti terus update berita rmoljatim di google news