Jumlah kasus meninggal Covid-19 di banyak negara belahan dunia, termasuk Indonesia yang terdampak, masuk dalam materi penelitian terbaru majalah Inggris, The Economist.
- China Kenalkan Paspor Covid-19 Berisi Data Tes Hingga Vaksinasi
- Kasus Positif Covid Hari Ini Sentuh Angka 47.899, Kasus Aktif Naik 26.912
- Pemerintah Distribusikan Vaksin AstraZeneca Setelah Hasil Kajian BPOM dan ITAGI
Peneliti senior Center for Strategic and International Studies (CSIS), Haryo Aswicahyono, membagikan temuan terbaru The Economist melalui akun Twitternya, Minggu (5/9).
Ia menautkan alamat website The Economist yang mewartakan hasil kajiannya terkait angka kasus meninggal dunia Covid-19 di tingkat global, dan secara rinci di negara-negara yang terinfeksi. Namun, Haryo menyoroti angka kematian Corona di Indonesia yang jauh lebih tinggi dari catatan pemerintah.
"The Economist mengeluarkan estimasi excess death (kelebihan kematian kumulatif) berbagai negara. Untuk Indonesia: Cummulative excess death 5,9x angka resmi kematian kumulatif Indonesia," kicau Haryo, seperti dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Senin (6/9).
Berdasarkan hasil penelusurannya ke laman The Economist, dirinya menemukan bahwa hingga tanggal 3 September 2021 selisih angka kematian yang dicatat pemerintah Indonesia, jika dibandingkan dengan perhitungan The Economist, jauh berbeda.
"Tanggal 3 September 2021 (angka kematian) Indonesia (official atau dalam catatan pemerintah) 134.930. Indonesia (catatan kematian Covid-19 versi The Economist) 801.414," demikian Haryo.
Kantor Berita Politik RMOL turut mengunjungi laman The Economist, yang mana ditemukan bahwa penelitiannya kali ini mencoba membedakan jenis kematian dengan pendekatan metode excess death atau kematian berlebih.
"This number is the gap between how many people died in a given region during a given time period, regardless of cause, and how many deaths would have been expected if a particular circumstance (such as a natural disaster or disease outbreak) had not occurred," tulis The Ecconomist dalam kata pembukanya.
The Economist memulai perhitungan excess death dari lingkup global terlebih dahulu. Yang mana disebutkan, "Meskipun jumlah resmi kematian yang disebabkan oleh Covid-19 sekarang 4,6 juta, perkiraan terbaik kami jumlah korban sebenarnya adalah 15,2 juta orang".
"Kami menemukan bahwa ada 95 persen kemungkinan bahwa nilai sebenarnya terletak antara 9,4 juta dan 18,2 juta kematian tambahan," demikian The Economist.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Panen Ikan Bandeng 588 Kg, DKPP Surabaya Bagikan ke Warga untuk Penanganan Stunting
- Covid Melonjak, Menag Keluarkan Edaran Soal Shalat Berjamaah
- Antisipasi Gelombang Ketiga, Wamenkes Minta Pemda Buat Terobosan untuk Percepat Vaksinasi