Di tengah memanasnya tensi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, harga emas diperkirakan akan terus mengalami penguatan.
- Harga Emas Antam Naik Gila-gilaan, Nyaris Tembus Rp1,9 Juta per Gram
- Harga Emas Antam Meroket Rp25 Ribu
Salah satu pemicunya adalah langkah China yang menarik dana besar-besaran surat utang AS (Treasury Bills) dan mengalihkannya ke aset emas.
Peneliti dari Pusat Kajian Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Universitas Binawan, Farouk Abdullah Alwyni, menilai langkah ini akan berdampak jangka panjang terhadap perekonomian global dan mengubah pola investasi masyarakat.
“Cara investasi masyarakat, dari yang sebelumnya berinvestasi di instrumen keuangan dan perbankan yang berbasis 'fiat currency' (mata uang kertas) ke investasi berbasis emas,” kata Farouk melansir RMOL pada Selasa, 15 April 2025.
Mantan pejabat senior Islamic Development Bank itu mengingatkan bahwa tekanan terhadap Dolar AS sebagai mata uang utama dunia akan turut menyeret nilai tukar mata uang negara berkembang, termasuk Rupiah.
“Pertimbangannya jika hard currency seperti Dolar Amerika saja terpuruk melawan emas maka mata uang negara berkembang seperti Rupiah akan lebih terpuruk lagi. Karena itu perlu ada investasi alternatif untuk mengembangkan dana yang dimiliki,” imbuhnya.
Farouk juga menilai jika tren kenaikan harga emas ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin negara-negara besar akan mempertimbangkan kembali penggunaan emas sebagai standar penopang mata uang, seperti era sebelum sistem Bretton Woods berakhir pada tahun 1971.
Namun demikian, ia mengimbau masyarakat agar tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan investasi emas.
Farouk menekankan bahwa emas adalah instrumen investasi jangka panjang yang tidak cocok untuk jual-beli jangka pendek karena sifat harganya yang fluktuatif.
“Dalam sepuluh tahun terakhir, harga emas sudah naik hampir tiga kali lipat. Tapi dalam jangka pendek, misalnya pada periode Juli 2020 hingga Oktober 2022, harga sempat mengalami penurunan. Jadi harus sabar dan siap memegang emas dalam jangka waktu panjang karena kita tidak pernah tahu dimana titik tertinggi dan terendah dari emas,” jelasnya.
Ia juga menekankan pentingnya memahami dinamika geoekonomi dan politik global dalam menganalisis pergerakan harga emas. Pasalnya, faktor-faktor global tersebut akan sangat memengaruhi arah pasar emas ke depan.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Negoisasi Tarif Impor Trump, Sri Mulyani Temui Dubes AS
- Indonesia Tak Bisa Tiru China Melawan Tarif Trump, Ini Alasannya
- Harga Emas Antam Naik Gila-gilaan, Nyaris Tembus Rp1,9 Juta per Gram