Isu penolakan Proposal Perdamaian Ukraina-Rusia yang diajukan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dimanfaatkan oleh Presiden Joko Widodo untuk memantapkan strategi politik jelang Pilpres 2024.
- Soal Proposal Damai Ukraina-Rusia, PDIP Lupa Prabowo Satu-satunya Menteri yang Senapas dengan Jokowi
- Siapa Penyusun Proposal Perdamaian Prabowo yang Ditolak Ukraina?
- Dianggap Tidak Masuk Akal, Proposal Perdamaian Prabowo Soal Rusia-Ukraina Ditolak
Begitu analisis pengamat politik Citra Institute, Efriza, menanggapi pemanggilan Menhan Prabowo Subianto oleh Jokowi sebagai buntut dari penolakan proposal itu oleh Ukraina.
"Jadi Jokowi lebih ingin membawa drama dalam istana," ujar Efriza melansir Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (8/6).
Menurutnya, rencana Jokowi memanggil Prabowo ke Istana bukan karena membuat kebijakan sendiri, dan tanpa diketahui dia.
Tetapi, dosen Ilmu Pemerintahan ini menilai Jokowi tak mau kehilangan peluang mencalonkan Prabowo pada Pilpres 2024.
Efriza melihat, momentum kegagalan Prabowo mendamaikan Ukraina dan Rusia bisa menjadi kelemahan, dan malah memperkuat lawan politiknya yaitu capres PDIP, Ganjar Pranowo.
"Cara itu dianggap strategi terbaik, menghentikan kekecewaan PDIP, yang juga akan membuat publik memberikan persepsi negatif kepada pemerintah," tuturnya.
Lebih lanjut, Efriza menduga Jokowi juga tengah memperkuat barisan pendukungnya untuk memenangkan Prabowo, dan melawan PDIP.
Sehingga, di mata publik, mantan Walikota Solo itu menunjukkan sikap seolah kecewa dengan Ketua Umum Partai Gerindra itu. Padahal di balik fakta permukaan ada maksud yang lain.
"Jokowi merapikan barisan menteri-menterinya kembali," demikian Efriza.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Jokowi Dinilai Sedang Mengatur Skenario Gibran Capres 2029
- Beda Prabowo-Jokowi, Satunya Tak Pakai Buzzer Satunya Gunakan Buzzer
- Rampungkan Carut Marut Negara Dengan "Selesaikan" Jokowi