Kesedihan mendalam dirasakan oleh Kasmilah (86), salah seorang warga miskin yang namanya dicoret dari daftar Keluarga Penerima Manfaat (KPM) Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT).
- Libur Nasional Maulid Nabi Muhammad SAW, Pelanggan KA di Daop 8 Surabaya Meningkat 35 Persen
- Ormas GKNI Ajak Masyarakat Surabaya Jaga Kondusifitas Sikapi Rencana Kenaikan Harga BBM
- Komunitas Emak-emak di Jombang Apresiasi KPU yang Sukses Gelar Pemilu
Mbah Kasmilah Warga Desa Sumberjo Kecamatan Widang Kabupaten Tuban Jawa Timur menangis tersedu, karena Kartu keluaga Sejatera (KKS) miliknya tak lagi bisa untuk menebus bantuan pangan non tunai (BPNT), seperti yang didapatkan pada bulan sebelumnya. Padahal, bantuan itu sangat penting ntuk menyambung hidup di usia senja.
Ia bersimpuh dan terus meneteskan air mata, dengan baju dan kebaya kusut yang menenpel di tubuhnya. Nampak kesedihan mbah Kamsilah tercermin di wajahnya.
Dengan mata berkaca kaca sambil menenteng Kartu keluarga sejahtera ( KKS) warna merah putih bergambar garuda di depan e -Warung, agen tempat penyaluran Bantuan Pangan non tunai (BPNT). Mbah Kasmilah tak kunjung pulang kerumah karena sedih.
Dalam pantauan di lapangan Jurnalis Kantor Berita RMOLJatim, data tersebut dinilai amburadul hingga berdampak kepada keluarga miskin yang tidak menerima program bansos yang dicanangkan presiden Jokowi melalui kemensos RI.
"Ya terus makan apa aku kalau saya tidak mendapatkan beras. Saya hidup numpang di rumah keponakan (Patemi) tetapi makan cari sendiri," kata mbah Kasmilah kepada Kantor Berita RMOLJatim saat di jumpai di tempat tinggalnya, Tuban, Rabu (27/1).
Mbah Kasmilah mengaku tidak memiliki Sawah atau kebun. Saat badannya sehat ia masih bisa mengais rezeki membuat kerajinan anyaman tikar tradisional dari daun bahan pandan, untuk di jual kepada tetangga yang mau membeli.
Namun sekarang sudah berhenti karena barusan sembuh dari sakitnya dan lagian sekarang jarang yang membutuhkanya.
"Lanjutnya, uripku nuk ndonyo ora duwe opo opo mung duwe dongo karo banyu moto sing isek ono. (dalam hidupnya tidak memiliki harta benda apa apa hanya doa dan air mata yang tersisa)," keluh buyut Kasmilah kelahiran 1935 yang usianya hampir satu abat.
Mbah Kasmilah berharap agar dirinya bisa mendapatkan BPNT lagi seperti pada bulan bulan sebelumnya, karena bantuan itu satu satunya untuk menyambung hidup.
Sementara Sumarso salah seorang tetangga mengatakan, mbah Kasmilah itu hidup sendiri.
"Dia tidak punya anak dan lama menopang hidup tinggal bersama keponakanya ( Patemi) yang keseharianya mencari nafkah jadi buruh tani di kampungnya." Kata sumarso
Terpisah, Suwito Plt camat Widang, Tuban ketika dikonfirmasi mengatakan, sudah dilakukan proses perbaikan data DTKS dan BST.
"Secara rutin atas dasar surat edaran Sekda Pemkab Tuban, yang sudah di tindak lanjuti sampai ke Pemerintah Desa sekecamatan untuk Perbaikan data." tegas Camat widang.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Desa di Jember Marak Begal Payudara, Seorang Guru Juga Jadi Korban
- Musrenbang RKPD 2024 Kota Mojokerto Mengerucut pada 11 Poin
- Mundur dari Jabatan, Dua Camat di Surabaya Diperiksa Inspektorat