Indonesia akan mengalami konflik sosial jika pemerintah tidak mampu mengatasi pertumbuhan ekonomi yang negatif hingga 2021 nanti.
- Analisis Ekonomi Sebut Negara Penggerak Ekonomi Global Dihantui Resesi, Indonesia Kena Dampaknya
- Ganjar: Modal Sumber Daya Alam Bisa Jadikan Indonesia Penguasa Pasar di Tengah Resesi
- Apindo Ingatkan Pemerintah Waspadai Resesi Tahun 2023
Prediksi itu sebagaimana disampaikan oleh peneliti muda dari
Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bhima
Yudhistira menanggapi rilis dari Badan Pusat Statistik (BPS) soal
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II yang mengalami kontraksi
sebesar 5,32 persen.
Menurut Bhima, pertumbuhan ekonomi pada kuartal II mengalami kontraksi diakibatkan minimnya penyerapan anggaran stimulus yang hanya digembar-gemborkan oleh pemerintah sendiri.
"Yang menyebabkan resesi adalah pemerintah sendiri. Ini terbukti dari rendahnya belanja pemerintah justru disaat paling dibutuhkan. Pemerintah gembar gembor stimulus tapi faktanya realisasi sangat rendah," ujar Bhima Yudhistira dilansir dari Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (6/8).
Pada kuartal III nanti, Bhima menilai akan terjadi resesi. Jika kondisi ini berlanjut hingga 2021 nanti, maka Indonesia akan masuk pada depresi.
Resesi sendiri akan terjadi jika selama dua kuartal berturut-turut ekonomi Indonesia mengalami kontraksi. Dampaknya jelas, yakni penurunan daya beli, PHK massal dan naiknya angka kemiskinan.
"Kalau depresi imbasnya lebih parah karena depresi artinya dua tahun terjadi pertumbuhan ekonomi negatif mirip seperti 1930-1933. Jika depresi terjadi dampak sosialnya mengarah pada kerusuhan dan konflik horizontal," pungkas Bhima.
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Analisis Ekonomi Sebut Negara Penggerak Ekonomi Global Dihantui Resesi, Indonesia Kena Dampaknya
- Ganjar: Modal Sumber Daya Alam Bisa Jadikan Indonesia Penguasa Pasar di Tengah Resesi
- Apindo Ingatkan Pemerintah Waspadai Resesi Tahun 2023