- Paranoid Aktor Negara Mengawasi Warga
- Mengulas Kembali ''Pergerakan Merah'' Hindia Belanda
- Warga Butuh Ruang Publik yang Bebas
DINAS Intelijen AS yang akrab berakronim CIA (Central Intelligence Agency) memang selalu menarik perhatian publik. Meski, selama beberapa dekade belakangan dinas intelijen lain seperti National Security Agency (NSA) dan Federal Bureau Investigation (FBI) juga beken. Tapi, pamor CIA tetap tinggi berkat kegiatannya selama perang dingin dan sesudahnya. Termasuk di Indonesia, jejak kegiatan CIA itu terendus sampai jauh ke masa silam di era Orde Lama.
Setelah perang dingin usai, KGB digantikan FSB dan sejumlah negara bekas wilayah Uni Sovyet memerdekakan diri, lalu membentuk dinas intelijen sendiri. CIA agak jarang disorot publik. Itu dekade '90an. Sampai kemudian terjadi peristiwa 9/11 di New York, sorotan terhadap lembaga-lembaga intelijen di AS kembali meningkat. Alasannya, seandainya lembaga-lembaga intelijen, khususnya CIA, bisa memprediksi tepat bakal terjadi peristiwa itu.
Maka, antisipasi dini berupa pencegahan dan keamanan ketat bisa dilakukan. Kenyataannya, AS kebobolan. Daya endus CIA pun dipertanyakan, bahkan diragukan. Menghadapi situasi ini, CIA tak tinggal diam. Sejumlah operasi digelar di seluruh dunia. Tujuannya, memastikan sumber petaka itu.
Sistem deteksi dini di dalam negeri pun dipertinggi serta kewaspadaan berkembang di berbagai tempat dimana CIA biasa menanam informan. Bukan cuma di negara-negara rentan terorisme, tapi termasuk di negara yang sudah dianggap ''sahabat AS'', juga perlu disasar CIA.
Pertanyaannya kemudian, bagaimana CIA sebenarnya melakukan analisis? Nah, buku ini berusaha menguak berbagai aspek dalam kerja-kerja analisis CIA. Itu berkait dengan kiprah direktorat analitik CIA. Termaktub dalam buku ini, beberapa pengamat menggambarkan direktorat analitik CIA itu menjadi semacam universitas yang "fakultasnya" mencakup seluruh rentang disiplin ilmu.
Ada ukuran, kualifikasi akademis, dan kepakaran subyek-subyek tertentu dari mereka yang bekerja di direktorat analitik ini. Ibaratnya, mereka menjadi staf universitas besar. Namun, ada perbedaan penting dibanding dunia kampus. Yakni, setiap disiplin ilmu yang memiliki pakar di CIA harus menanggapi dengan cepat, tepat dan singkat kepada pengguna terpilih. Pengguna ini terdiri dari para pemimpin sipil dan militer senior. Mereka biasanya membuat keputusan penting tentang keamanan nasional AS.
Setiap pakar CIA melakukan berbagai jenis analisis menggunakan metodologi yang disesuaikan dan beragam sumber informasi, termasuk pelaporan intelijen rahasia yang sensitif. Kadang akses dari pelaporan ini sangat terbatas. Selain itu, pakar CIA sering kali harus berusaha membatasi rentang ketidakpastian yang dihadapi para pembuat keputusan.
Sementara itu, beberapa pejabat CIA sendiri merupakan spesialis kebijakan luar negeri dan pakar di bidangnya masing-masing. Namun, banyak juga yang merupakan generalis yang harus bergantung pada CIA dan analis komunitas intelijen lainnya. Misalnya, untuk memahami seluk-beluk perkembangan senjata asing, dinamika politik internal masyarakat yang tertutup, atau konsekuensi yang lebih luas dari perkembangan teknologi atau ekonomi.
Buku ini merangkum sejumlah pengalaman para analis CIA, dan beberapa diantaranya adalah analis senior. Hasil analisa CIA biasanya menjadi masukan briefing presiden sehari-hari. Maka, buku ini memang dirancang untuk memberi pemahaman kaitan antara dunia intelijen dengan pembuatan kebijakan. Contohnya, ketika CIA melakukan analisa situasi Ukraina jelang diinvasi Rusia, analisa itu dilakukan secara komprehensif. Selain melihat pergerakan militer Rusia dan reaksi yang bakal muncul dari negara-negara sekitar.
Analisa juga ditujukan kepada kepemimpinan Vladimir Putin dan Volodymyr Zelensky. Dari analisa itu bisa diketahui beragam potensi yang akan terjadi. Termasuk reaksi keduanya saat sanksi ekonomi diberlakukan kepada Rusia usai invasi. Analisa bahkan berkembang ke situasi keuangan dan komersial Rusia serta dampaknya ke negara-negara tetangganya.
Sebelum terbit, draft buku ini harus memperoleh clearance atau penilaian dari ''Dewan Peninjauan Izin'' (Clearance Review Board) CIA. Sebab, banyak bahan hasil analisis dari internal CIA yang telah digunakan, oleh karena itu dibutuhkan penilaian dari dewan tersebut agar tidak menyalahi aturan internal CIA.
Yang menjadikan posisi CIA unik diantara lembaga-lembaga intelijen lain di dalam komunitas intelijen AS adalah fokus hasil analisanya yang hanya untuk presiden serta Dewan Keamanan Nasional, sebagaimana tertulis dalam Undang-Undang. Namun demikian, CIA juga menganggap dirinya sebagai satu-satunya lembaga yang harus menyediakan amatan global untuk semua badan keamanan nasional utama. Dengan demikian, misi CIA adalah juga mendukung pekerjaan mereka yang berdinas di departemen Luar Negeri, Pertahanan, Keamanan Dalam Negeri, Kehakiman, Keuangan, Perdagangan, dan banyak badan federal lainnya.
Akhirulkalam, buku ini memang penuh dengan uraian bagaimana analisa dijalankan di dalam lembaga intelijen. Proses yang terjadi, alur yang berlangsung dan produk berupa analisa yang menjadi asupan presiden AS. Melalui kebiasaan selama bertahun-tahun mengikuti perkembangan situasi dan kondisi dunia sejak lembaga ini dibentuk di era kepresidenan Harry S Truman, tidaklah berlebihan untuk dikatakan bahwa buku ini sebenarnya juga introspeksi diri CIA atas kerjanya selama ini.
Penulis adalah akademisi dan periset
ikuti terus update berita rmoljatim di google news
- Paranoid Aktor Negara Mengawasi Warga
- Mengulas Kembali ''Pergerakan Merah'' Hindia Belanda
- Warga Butuh Ruang Publik yang Bebas