Ke depan, YouTuber Santri Monetisasi Dan Marketing Digital Hanya Sampingan

foto/rmoljatim
foto/rmoljatim

Dua YouTuber, M Imron Pribadi, Digitalpreneur dari Jember dan M Salamun, konten kreator dari Malang, menyarankan YouTuber Santri hendaknya tidak terfokus pada monetisasi dan marketing digital melalui YouTube, melainkan fokus pada dakwah digital, sedangkan monetisasi dan marketing hanya sebagai manfaat sampingan.


Hal itu disarankan oleh, Imron pada rapat kordinasi AYSI. Menurutnya, Youtuber santri tidak terfokus pada monetisasi dan marketing, melainkan fokus tentang dakwah digital, karena banyak warga NU yang menjadi sasaran dakwah digital dari tetangga sebelah (minhum).

"Karena warga NU yang masuk pesantren itu hanya 20-30 persen. Kalau sisanya dibina 'minhum' akan 'membahayakan' NU," kata Imron dalam Webinar AYSI (Asosiasi YouTuber Santri Indonesia), dalam keterangan tertulis, Minggu (22/8), dikutip RMOLJatim.

Dalam Webinar AYSI bertajuk " Strategi Marketing dan Monetisasi YouTube " yang diikuti 99 peserta secara daring itu, Imron dari Makrifatbusiness Jember itu menjelaskan kelompok minhum sudah menguasai media segala media seperti YouTube, karena itu AYSI harus masuk untuk mengambil alih dominasi itu.

"Jadi, monetisasi dan marketing itu, jangan menjadi tujuan, tapi kalau niat kita untuk membantu ulama dan NU melalui dunia digital, maka monetisasi itu pasti akan kita dapatkan juga. Kalau dakwah yang kita lakukan mengikuti aturan main dari YouTube dan kita connect dengan Adsense, maka monetisasi dan marketing itu akan masuk dengan sendirinya,"  tegasnya.

Dijelaskan Imron, aturan main dari YouTube antara lain konten yang dipublikasikan itu tematik secara fokus dalam tema tertentu, publikasi dilakukan secara rutin atau istiqomah dengan sedikit kreativitas, dan tidak melakukan cara-cara ilegal seperti meniru gaya atau model tokoh tertentu, meniru dengan menjiplak channel, dan tidak membeli subscribe, maka monetisasi pasti akan didapat juga.

"Bahkan, kita dapat lebih, karena kita juga melakukan dakwah digital yang rahmatan lil alamin. Kalau pun tidak monetisasi, kita masih punya peluang lain yakni digital marketing dengan membantu berjualan produk pesantren atau produk organisasi juga komunitas melalui YouTube," imbuhnya.

Untuk digital marketing itu, lanjutnya, kuncinya adalah keyword atau kata kunci, thumbnail atau judul, dan hastag atau tanda pagar.

Namun, kalau marketing itu harus melalui lintas platform, jangan hanya YouTube, tapi bisa juga ke Instagram, Tiktok, Facebook, Twitter, Line, dan sebagainya.

Hal senada juga diutarakanan, M Salamun konten kreator dari Malang. Ia mengatakan YouTuber santri jangan terlalu fokus pada monetisasi, akan tetapi berniat dakwah digital saja.

Kalau monetasi ada cara lain, selain mengikuti aturan main YouTube, juga bisa mengikuti program YouTube yang tahun 2021-2022 disediakan Rp1,4 triliun untuk program short video.

ikuti terus update berita rmoljatim di google news